Menulis

Menulis

Tiga Guru

Mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang Islam. Ilmu paling utama tentu saja Kalam Ilahi dan Sunnah Nabiyallah Muhammad SAW. Keduanya memuat beragam ilmu dari sebelum dunia diciptakan hingga kehidupan abadi di Nirwana.

Ilmu-ilmu tersebut tersebar di banyak tempat. Tidak hanya di rumah, sekolah, dan masjid, melainkan juga di lingkungan tempat kita bergaul atau bekerja.

Bagi saya pribadi, ada banyak nama yang ikut mewarnai kehidupan berpikir dan bersikap saya. Di antara nama-nama itu adalah Pak Aziz, Pak Bashori, dan Pak Shobirun.

Pak Aziz
Saya kali pertama mengenal beliau saat tinggal di Jogja. Wajahnya selalu berhias senyuman. Empat tahun bergaul dengan beliau, tak sekalipun saya melihat beliau manyun, apalagi marah. Tutur bahasanya lembut dengan intonasi suara yang rendah, tapi jelas terdengar.

Meski hidup bergelimang harta, sikap Pak Aziz amat sangat sederhana. Suatu kali ketika ceramah, beliau berujar, "Saya dan Mas Imam sama-sama kontraktor. Maksudnya, kami sama-sama ngontrak. Kalau kami mati, Mas Imam tidak membawa rumahnya, saya pun tidak membawa rumah saya."

Saat tinggal di Jogja, saya ngontrak di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana. Sementara Pak Aziz tinggal di perumahan elite.

Kata-kata beliau mencerminkan betapa keindahan dunia, tidak membuat Pak Aziz jumawa. Justru beliau menunduk bagai padi yang siap panen. Saking menundukknya, sampai-sampai siapa saja yang berada di sekitarnya, merasa nyaman dan dihargai.

Pelajaran lain dari beliau adalah tentang kesabaran. Suatu kali beliau berpesan, "Salah satu resep bisa sabar adalah maklum. Kita harus maklum bahwa setiap orang punya kelemahan dan kekurangan. InsyaAllah dengan memaklumi, kita bisa memahami orang lain."

Masih banyak kebaikan dan pelajaran hidup yang saya dapat dari Pak Aziz. Yang pasti, beliau adalah salah satu guru terbaik saya.

Semoga Allah memberikan panjang umur, kesehatan, rejeki, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiiin

Pak Bashori
Saya mengenalnya pertama kali di Jakarta. Beliau adalah Pendiri sekaligus Direktur Multazam Utama, sebuah travel haji dan umroh.

Beliau adalah sosok pejuang sejati. Meski tak bersekolah tinggi, namun ilmu dan karakter beliau melebihi kebanyakan lulusan sarjana.

Berbagai macam profesi pernah beliau jajaki. Dari mulai buruh petik kopi, sopir, penjual sepatu, hingga pedagang teh dan kurma.

Kegigihannya dalam mencari ilmu dan merintis usaha membawa banyak kebaikan dalam hidup Pak Bashori. Sampai akhirnya beliau sukses membantu ribuan umat Islam untuk beribadah haji dan umroh.

Pak Bashori juga yang membiayai saya untuk pergi ke Tanah Suci pada musim haji 2013. Hampir dua bulan saya dibantu beliau agar bisa menimba banyak ilmu di negeri kelahiran Rosulullah.

"Kita tanpa pertolongan Allah bukan siapa-siapa. Sebesar apapun masalahnya, kalau Allah menolong, semua bisa diatasi. Tapi, sekecil apapun masalahnya, jika Allah tidak menolong, kita pasti susah. Kalau mau ditolong Allah, lakukan apa saja yang membuat Allah ridho," nasihat beliau kepada saya.

Semoga Allah memberikan panjang umur, kesehatan, rejeki, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiiin

Pak Shobirun
Seperti Pak Aziz, saya mengenal Pak Shobirun saat tinggal di Jogja. Beliau adalah ulama berilmu tinggi, namun sangat rendah hati.

Tatapan matanya, ucapannya, sikapnya, tulisannya, benar-benar mencerminkan sosok berilmu. Tidak menyerang, ramah, sopan, tapi sangat menginspirasi.

Beliau suka sekali merangkai syair-syair lucu yang sarat makna. Beliau juga piawai menyejukkan hati siapa saja yang mendengar tausiyahnya.

Salah satu pelajaran paling berharga dari beliau adalah sikap tidak menggurui, meski ilmu dan pengalaman hidup melebihi sebagian manusia.

"Di atas langit ada langit. Hanya Allah Ta'ala yang paling Jenius, Paling Bijak, Paling Kaya, Paling Kuasa, Paling Dermawan, Paling Suci, Paling Baik, Paling Pemurah, dan paling-paling lainnya," tutur beliau.

Semoga Allah memberikan panjang umur, kesehatan, rejeki, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiiin

-----------------

Foto di atas diambil Pak Bashori (tengah) saat beliau bersilaturahim dengan Pak Azis (kiri) dan Pak Shobirun (kanan). Pak Bashori mengirimkan foto itu lewat WA sembari menyampaikan salam.

Semoga artikel ini tidak pernah terbaca oleh beliau bertiga. Karena, saya yakin, beliau sangat tidak nyaman jika saya menulis kebaikan beliau bertiga.

Saya menulis ini sebagai tanda syukur dan juga inspirasi bagi saya pribadi dan mungkin sebagian dari Anda.

0 Response to "Tiga Guru"

Post a Comment