Menulis

Menulis

'Kuwi Kabeh Mergo Gusti Allah'

(nasihat ayah kepada seorang ulama muda)

Umumnya, ulama yang menasehati umat. Tapi, ada kejadian langka di mana seorang ayah menasehati anaknya yang seorang ulama. Peristiwa ini saya saksikan dengan mata kepala sendiri.

Pagi itu, saya menemui seorang ulama muda. Di mata saya, beliau sungguh berilmu. (mohon maaf, karena alasan tertentu, saya tidak mengungkap identitas beliau).

"Alhamdulillah Pak, semua berjalan lancar. Apa yang saya perjuangkan mulai menunjukkan hasil positif. InsyaAllah ke depan akan semakin lancar," jawab ulama muda ketika ditanya sang ayah tentang perjuangan dakwahnya.

"Yo, kuwi kabeh mergo Gusti Allah (Ya, itu semua karena izin Allah)," kata ayah menimpali jawaban anaknya.

Kalimat singkat sang ayah terdengar begitu mantap. Meski sederhana, tapi kandungan maknanya dalam sekali. Sang ayah seolah mengingatkan ulama muda untuk tetap tawadhu (rendah hati dan tidak salah niat).

"Dalam dakwah, kadang kita disakiti dan dipanas-panasi. Tapi, kita tidak boleh ikut panas. Kita harus sabar menghadapinya," imbuh sang ayah. "Suatu saat ketika Allah memberi kelancaran, kita tidak boleh membalas mereka yang menyakiti kita. Kita maafkan mereka."

"Kalau di dunia persilatan, kita harus menghindar dari serangan untuk kemudian membalas serangan itu. Namun di dunia dakwah, kita hanya boleh menghindari serangan, tapi tidak untuk menyerang balik," kata sang ayah seraya memperagakan tendangan kilat khas pencak silat.

MasyaAllah, nasihat yang begitu mulia. Betapa sering kita ingin membalas orang yang pernah menyakiti kita. Apalagi, ketika kita sudah "di atas angin." Gemes rasanya untuk "balas dendam". Namun, seperti pesan ayah kepada ulama muda, "kuwi kabeh mergo Gusti Allah."

Semua kemenangan (pertolongan) datangnya dari Allah. Dan Allah melarang hambaNya untuk balas dendam, meski hanya sebatas psywar (serangan psikologi).

Wallahu a'lam

0 Response to "'Kuwi Kabeh Mergo Gusti Allah'"

Post a Comment