Menulis

Menulis

Belajar Islam Tanpa Distorsi


(wawancara dengan pejabat tinggi negara)

Alhamdulillah belum lama ini saya diizinkan Allah berjumpa dengan salah satu pejabat tinggi di Indonesia. Karena alasan tertentu, saya tidak mengungkap identitas beliau.

"Silakan masuk," kata beliau dengan nada sangat sopan namun tetap berwibawa.

Saya (bersama seorang sahabat) dengan senang hati mengamini ajakan beliau masuk ke ruang pribadinya.

Ada beberapa hal yang kami bahas, salah satunya terorisme di Indonesia. Beliau mengungkap banyak hal tentang apa, siapa, dan bagaimana terorisme.

"Salah satu sebab terjadinya terorisme adalah pemahaman yang keliru dalam beragama. Jika kita tidak kritis, ada kemungkinan kita tersusupi paham terorisme," tutur sosok berpangkat Irjend ini.

Salah satu yang beliau temukan di lapangan adalah maraknya kajian agama yang sejatinya telah terdistorsi dari ajaran sebenarnya.

"Saya muslim. Saya yakin Islam adalah rahmatan lil alamin. Rahmat bagi semesta alam, bukan malah merusak alam. Dan sejauh yang sudah saya pelajari, Nabi Muhammad adalah manusia paling banyak memberi rahmat bagi alam semesta," ujar beliau.

"Lalu mengapa ada saudara-saudara kita yang justru memahami Islam sebagai agama radikal, bahkan menghalalkan darah umat manusia, termasuk sesama muslim?" tanya beliau.

"Saya yakin karena mereka belajar dan memahami Islam dari guru-guru yang telah terdistorsi (tercemar)," imbuhnya.

Tercemar yang beliau maksud adalah Islam yang tercampuri dengan kepentingan-kepentingan duniawi seperti perebutan kekuasaan, politik, bahkan peperangan. Sebagai contoh guru-guru Islam yang sejak turun temurun lahir dan hidup dalam situasi perang. Dengan sendirinya, mereka sangat berkepentingan untuk memenangi peperangan.

"Nah, jika kita tidak kritis, kita bisa terseret dalam dalil-dalil perang dengan pemahaman yang tidak utuh. Ujung-ujungnya, keyakinan itu akan terdoktrin di dalam hati," jelas beliau. "Yang paling berbahaya, para murid (dari luar negara perang) menganggap dirinya sedang berperang sehingga menghalalkan darah orang lain tanpa alasan yang dibenarkan."

Di akhir pertemuan, beliau mengajak kaum muslimin kritis dan belajar Islam dari sudut pandang yang utuh (tidak terdistorsi). Dengan demikian, kaum muslimin bisa benar-benar membawa Islam sebagai rahmatan lil alamin, bukan sebaliknya.

"Sudah terdengar adzan (dhuhur), saya harus sholat berjamaah. Kita sudahi pertemuan ini. Kapan-kapan kita ngobrol lagi," kata beliau sembari bersiap menuju masjid.

MasyaAllah, sosok pejabat yang laik untuk dijadikan guru. Dalam hati kecil saya berdoa: Semoga kelak Anda jadi Kapolri.

0 Response to "Belajar Islam Tanpa Distorsi"

Post a Comment