Menulis

Menulis

Enam Hari Jadi Kuli

Sejak dulu saya suka gonta-ganti profesi. Salah satu yang pernah saya jalani adalah jadi kuli. Ya, kuli bangunan yang tugasnya angkat-angkat material :D

Ini terjadi ketika saya duduk di bangku kuliah semester 7. Saat libur panjang, seorang sahabat mengajak saya mencicipi profesi ini.

"Mbel, gelem gak dadi kuli karo aku? Lumayan sedino dibayar pitung ewu. Ben sabtu bayaran," kata Saepulloh, sahabat saya yang juga seorang striker bola.

"Gelem Pul, mumpung prei. Lumayan oleh rejeki. Sekalian latihan fisik buat main bola," jawab saya.

Sesuai jadwal, saya nguli mulai hari Senin. Saya berangkat ke lokasi pukul 07.15 WIB. Jarak proyek dari rumah saya sekira 7 km. Bersama Saepul, saya ngontel ke tempat dinas :D kring kring goes goes...

Adalah RS Islam Jemur Sari, Surabaya yang sedang dibangun. Saya, bersama ratusan kuli lain, bahu membahu menyelesaikan gedung itu.

"Kamu bagian plumbing (pipa). Kalau Saepul bagian bangun dinding," kata mandor.

"Siap Pak," jawab saya setengah hati.

"Wah, berat nih harus gali tanah untuk pipa. Kalau siang panas kena sinar matahari. Enak Saepul di tempat teduh," gumam saya dalam hati.

Meski berat, tetap saya jalani profesi unik ini. Itung-itung, saya bisa belajar kehidupan dari para pekerja bangunan. Ternyata kerja kuli asyik juga lho.

Pertama, pagi hari, kita dibrieving tentang pekerjaan hari itu.

Kedua, kita bon alat yang diperlukan selama sehari. Kalau bagian plumbing, alat yang digunakan adalah cangkul, linggis, gergaji plastik, lem, dan kertas gosok. Alat-alat itu harus dikembalikan ke gudang sebelum pulang kerja.

Ketiga, waktu makan siang dan sholat. Momen ini yang paling asyik. Karena capek bekerja, makan apa saja jadi lahap. Ada yang bawa bekal dari rumah, ada juga yang beli di warung darurat. Kalau mau ngirit, ya bawa sendiri dari rumah.

Keempat, waktu gajian. Ini yang paling ditunggu-tunggu. Hari Sabtu, adalah hari terbaik. Kita terima amplop "berbau harum". Duit bro, duit.

"Kamu gak sekolah Dik, kok jadi kuli?" kata rekan saya waktu menggali lubang.

"Enggak Pak," jawab saya.

Tapi bathin saya mengatakan, "Saya gak sekolah Pak, tapi Alhamdulillah bisa kuliah, he he he."

Sesuai perjanjian, di akhir pekan, saya menerima gaji. Seperti nonton bola, kami harus antre menunggu amplop. Satu per satu nama mandor dipanggil. Dari mandor amplop kemudian dibagi kepada tukang dan kuli.

"Alhamdulillah, gajian juga akhirnya. Hilang deh capeknya. Lumayan buat beli sepatu bola," gumam saya sumringah.

Minggu kedua, saya resign. Mandor yang membawahi saya terlibat masalah. Dia dikira terlalu banyak membawa pekerja baru. Alhasil, kontraktor jadi terbebani.

Wah, sampai di sini kisah kita. Jangan tangisi keadaannya. Bukan karna kita berbeda. Lho kok tambah nyanyi :D

Demikianlah pengalaman saya jadi kuli. Pesan saya, jangan jadi kuli. Kecuali terpaksa atau diniati fitness. Daripada angkat barbel bayar, mending angkat cangkul dibayar :D qiqiqi...

Salam kuli untuk kita semua ;)

0 Response to "Enam Hari Jadi Kuli"

Post a Comment