Menulis

Menulis

Andai Neraka Hanya Gurauan Belaka


Di jaman global seperti sekarang, bicara neraka terkadang terdengar aneh. Apalagi bagi orang-orang supersibuk yang tinggal di kota megapolitan seperti Jakarta.

Sebagian orang sengaja tak punya waktu untuk membuka Kitab Suci, yang salah satu bahasannya adalah aneka siksa di neraka.

Sebagian lagi menganggap kisah tentang neraka hanya pas dibahas di masjid, mushola, TPQ, atau majlis ta'lim.

Sebagian lainnya ragu, bahkan tak percaya jika neraka benar-benar ada. Mereka menganggap neraka adalah dongeng masa lalu yang sulit dibuktikan kebenarannya.

Yang paling parah, tak sedikit yang nekat menjadikan neraka sebagai bahan gurauan. Tanpa rasa takut, mereka mengolok-olok neraka dengan menyebut "Di sana enak banyak artis-artis seksi, qiqiqi", "Tenang Bro, di neraka sudah ada AC-nya, wkwkwk", dll.

Yup, neraka memang 100% hal ghaib. Alhasil, bagi indera manusia, neraka sulit dijangkau keberadaannya.

Sama seperti eksistensi Allah, malaikat, surga, dan hari kiamat. Semuanya sulit diraba panca indera kecuali dengan bantuan iman. Dimensi inilah yang menuntun manusia merasakan (feel) keberadaan barang ghaib, termasuk neraka.

Di coretan ini, saya tidak mengulas dalil-dalil Alquran dan Alhadist terkait neraka dan beragam siksaannya. Saya hanya mengajak Anda masuk ke dalam situasi yang terkadang sulit diterima hati dan pikiran.

Kita awali dari situasi politik dan HAM di dalam negeri. Betapa banyak peristiwa miris yang menyesakkan dada.

Masih ingat di benak kita berapa banyak aktivis dan mahasiswa yang lenyap tanpa diketahui nasibnya. Mereka diduga tewas di tangan orang-orang yang terganggu kekuasaannya.

Salah satu kasus yang paling saya ingat adalah penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan Marsinah di Jawa Timur. Saking hebohnya kasus itu, saya sampai membuat lukisan Marsinah saat duduk di bangku kelas 2 SMA.

Ada juga sejumlah wartawan yang mati dianiaya tanpa ada persidangan untuk mengadili para pelaku. Di antara kasus yang pernah saya liput adalah pembunuhan Udin, wartawan Bernas, Jogjakarta.

Di masa Orde Lama dan Orde Baru, Ibu Pertiwi dipaksa menangis menyaksikan ribuan, bahkan mungkin jutaan nyawa melayang akibat operasi militer di sejumlah wilayah di Tanah Air. Padahal, belum tentu semua yang dihabisi benar-benar bersalah. Bisa jadi di antara mereka hanyalah korban fitnah orang-orang tak bertanggung jawab.

Kasus-kasus keji seperti ini tak hanya terjadi di Indonesia. Di luar negeri, penculikan, penyiksaan, dan pembantaian jutaan nyawa juga terjadi. Di antara negara yang tercatat pernah melanggar HAM adalah Jerman, Chile, China, Korea, Iraq, Afghanistan, Myanmar, Serbia, Amerika Serikat, dll.

Yang mengerikan, sering kali penculikan, penganiayaan, dan pembantaian massal tak hanya menyasar laki-laki dewasa. Sangat banyak wanita dan anak-anak yang terseret menjadi korban. Mereka bahkan ada yang diperkosa bergiliran sampai mati. Tidak sedikit juga dari mereka yang dicincang laiknya menu santap malam. (naudzubillahi min dzalik).

*****

Jangankan di level negara, di kehidupan sehari-hari pun ketidakadilan merajalela. Berapa banyak bos yang mendzolimi anak buahnya. Mereka sengaja membekukan karir bawahan dengan alasan yang tak masuk akal.

Banyak juga juragan yang tega menyiksa pembantunya. Tak membayarkan gaji, bahkan menganiaya hingga tewas. Saya yakin, banyak kasus seperti ini yang hilang jejak karena mayatnya dibuang atau ditanam di tempat tersembunyi.

Saya pribadi juga beberapa kali mengalami ketidakadilan. Pernah saya mengurus kasus pasutri yang bermasalah dengan seorang dokter yang diback-up oknum penegak hukum.

Cerita aslinya, pasutri ini ditabrak dari belakang oleh seorang dokter yang ngebut dengan sepeda motor.  Saking kerasnya benturan, sampai-sampai pasutri dan dokter itu sama-sama tersungkur di jalan raya.

Istri teman saya mengerang kesakitan karena sedang hamil tujuh bulan. Karena khawatir anak pertamanya keguguran, teman saya langsung bergegas ke rumah sakit. Di saat yang bersamaan, dokter tersebut juga dibantu sejumlah warga berobat ke rumah sakit.

Bimsalabim, beberapa hari kemudian, mendadak petugas datang mencari teman saya. Dalam laporan tertulis, teman saya dianggap menabrak si dokter dari belakang. Padahal, saksi mata di jalanan melihat persis dokter itu yang ngebut dan berusaha menyalip teman saya.

Tanpa babibu, oknum petugas menahan satu-satunya motor milik teman saya. Padahal itu adalah kendaraan operasionalnya sebagai salesman.

Dengan kartu pers yang saya punya, saya coba menemui dokter dan petugas. Sata katakan bahwa terjadi kesalahan dalam kasus tersebut. Namun, mereka tak mau menggubrisnya.

Ujung-ujungnya, setelah beberapa bulan, teman saya diminta membayar Rp. 3 juta kepada petugas yang kemudian dibagi dengan si dokter. Meski dianggap selesai, kasus ini tetap menyesakkan dada hingga akhir hayat.

Kok tidak dilaporkan kepada yang berwajib?

Hmmm, sepertinya kita tahu akan seperti apa jadinya. Dalam kondisi tertentu, kita hanya bisa berdoa semoga semua penegak hukum bisa lebih amanat dalam mengemban tugasnya. Dan semoga Kapolri yang baru 100% bersih dari segala rekam jejak korupsi dan penganiayaan.

Subhanallah (Maha Suci Allah). Betapa berlimpah ketidakadilan di muka bumi ini.

Masih banyak juragan, bos, penguasa yang bertindak semena-mena kepada bawahan. Ironisnya, tak sedikit dari mereka yang lolos dari jeratan hukum sampai akhir hayatnya.

Banyak juga presiden yang mengerahkan tentara untuk menggempur negara lain dan membantai jutaan umat manusia, termasuk perempuan dan anak-anak. Ironisnya, tak sedikit dari presiden dan panglima perang kejam yang gagal diseret ke pengadilan hingga sekarang.

Alhamdulillah, Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta menyediakan mahkamah akhirat yang seadil-adilnya. Tak satupun kesalahan yang bakal lolos dari pembalasan.

Alhamdulillah, Allah juga menciptakan neraka yang akan menjadi pusat pemukulan, penendangan, perebusan, penggebukan, penganiayaan, hingga pembakaran bagi orang-orang curang, culas, jahat, keji, kurang ajar, semena-mena, kejam, dzolim, dan biadab.

Jika di dunia saja manusia lantang berteriak, "Tegakkan keadilan", lalu bagaimana mungkin Sang Maha Adil akan tinggal diam ketika di akhirat?

Jadi, bersyukur sekali bagi kaum muslimin yang yakin adanya neraka. Dengan demikian, kita juga yakin seyakin-yakinnya bahwa semua bajingan (jika tidak bertaubat) akan digebuki, ditendang, dipukuli, disiksa, disate, diinjak-injak, dicincang, direbus, dan dibakar hidup-hidup selamanya.

Wallahu a'lam

1 Response to "Andai Neraka Hanya Gurauan Belaka"

  1. Fakta ya mmg neraka cuma dongeng yg merupakan hasil adopsi dari mitos paganis, Lokasi real ny cuma dlm angan imajinasi yg bersifat'satanis (Yg pasti Tuhan ga pernah nyiptain tempat sekeji itu) Karakter dendam jahanam bertentangan dgn standar keilahian nya yg pengasih

    ReplyDelete