Belajar Kecewa pada Mas Ganteng
Siapa sih yang tidak pernah kecewa? Setiap kita, insyaAllah, pasti pernah merasakannya. Entah kecewa dengan mantan kekasih, kecewa dengan juragan, kecewa dengan perusahaan, atau bahkan kecewa dengan orangtua.
Ya, bagi yang belum mahir, kecewa memang membuat dunia serasa runtuh. Emosi memuncak. Dada sesak. Pada sebagian kasus bisa memicu stress, trauma, frustasi, gila juga bunuh diri (naudzubillahi min dzalik).
Nah, biar kita gak sedih-sedih amat saat dikecewakan, cerita Mas Alvaro Morata mungkin bisa diambil hikmahnya.
Bagi yang nonton Madrid vs Juve dini hari tadi, sudah pasti tahu arah tulisan ini. Yup, pemain muda berusia 23 tahun itu jadi mimpi buruk buat Madrid. Dia dua kali menjebol gawang Madrid hingga Om Ronaldo dkk harus tersingkir dari Liga Champions.
Yang menarik, Mas Morata adalah mantan pemain Madrid. Bahkan, saat umur belasan tahun, dia terdaftar sebagai murid di Sekolah Sepak Bola (SSB) Madrid. Dengan kata lain, Madrid adalah tempat Mas Morata merajut asa.
Bisa dibayangin bagaimana indahnya imajinasi Mas Morata saat mendaftar di SSB Madrid? Mungkin dalam hatinya dia berujar, "Di sinilah aku belajar. Dan di sinilah aku akan mengabdi."
Entah sudah berapa liter keringat yang dikuras Mas Morata saat berlatih di SSB Madrid. Yang pasti, semua kerja kerasnya berbuah manis. Dia pun dipercaya masuk skuad inti tim pujaannya.
Sayang seribu sayang, ketika Madrid dipenuhi pemain dahsyat macam Ronaldo, Benzema, Bale, dan Rodrigues, posisi Mas Morata justru terancam.
Dianggap kurang bisa bersaing, Mas Morata pun diusir dari Madrid. Dia dijual ke Juventus dengan harga Rp. 327 Miliar. Angka ini sangat murah jika dibanding harga beli Ronaldo dan Bale yang mencapai total lebih dari Rp. 2 triliun.
Terusir dari Madrid membuat Mas Morata sempat sedih, sakit hati, dan pasti kecewa. Tapi, justru di sinilah kekuatan positif Mas Morata tumbuh.
Bersama Juventus, Mas Morata bermain penuh semangat. Dia sukses membawa Juve juara Liga Italia. Dia juga mengantar timnya siap merebut tiga gelar sekaligus. Puncaknya, di semifinal Liga Champions, Mas Morata mencetak gol ke gawang mantan timnya, Madrid, dua pertandingan berturut-turut.
Mas Morata berhasil membuktikkan kepada dunia bahwa Madrid telah salah membuang dirinya. Dia juga membuktikan bahwa rasa kecewa bisa diubah jadi kekuatan dahsyat untuk lebih berprestasi.
Jadi, bagi yang pernah, atau akan kecewa, sepertinya kisah Mas Morata bisa dijadikan pelajaran. Daripada melow-melow, menangis, meratapi nasib, stress, atau bahkan frustasi, mendingan memacu diri untuk lebih baik. Move on Bro... Move on Sis...
Kalau Mas Morata bisa, insyaAllah kita juga bisa. Setuju?
0 Response to "Belajar Kecewa pada Mas Ganteng"
Post a Comment