Belajar Membaca Sampah dari Bu Wismi
Bersyukur sekali punya guru seperti Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah drg. Wismiarti Tamin. Di mata saya, wanita pendidik yang akrab disapa Bu Wismi ini memiliki kemampuan "making connections" yang ciamik jaya.
Kisah nyata ini semoga mengilhami kita bagaimana "membuat hubungan" dari segala sesuatu yang kita rasa, lihat, baca, dengar, tulis, dan ucap.
Suatu hari, Bu Wismi diundang jadi pembicara di sebuah pertemuan yang dihadiri ribuan guru dari seluruh penjuru Tanah Air. Sesuai jadwal, Bu Wismi menyampaikan materi setelah makan siang.
Tidak ada yang aneh ketika acara dimulai pukul 08.00 WIB. Satu per satu pejabat memberi sambutan dan laporan. Namun, usai makan siang, ada fenomena "luar biasa" di hall tempat ribuan guru berkumpul.
Sampah box makan siang dan snack tercecer di mana-mana. Benar-benar mengganggu pemandangan dan kenyamanan. Ironisnya, sedikit sekali bak sampah untuk menampung wadah sisa makanan dan minuman.
Melihat pemandangan itu, saat membuka presentasi, Bu Wismi berujar sopan.
"Kita tahu sampah bisa membuat kotor. Sampah berserakan mengundang penyakit, bahkan banjir. Dampaknya besar sekali."
"Sebagai guru, kita dituntut mendidik generasi bangsa untuk hidup bersih. Mulai bersih konkret (kasat mata) hingga bersih abstrak (hati/jiwa). Bagaimana kita bisa bersih abstrak kalau bersih konkret belum baik?" tutur Bu Wismi.
Subhanallah. Dalam sekali ucapan Bu Wismi. Soal sampah saja, beliau sangat detail.
Sembarangan membuang sampah = menyakiti lingkungan.
Menyakiti lingkungan = membahayakan diri sendiri dan orang lain.
"Kita harus memikirkan dampak dari setiap perbuatan dan kata yang kita ucapkan. Jika tidak, besar sekali risikonya bagi anak didik," imbuh Bu Wismi.
Pendidikan, menurut Bu Wismi, harus bisa membuat manusia hidup bersih. Mulai dari bersih diri, bersih lingkungan, bersih pikiran, terlebih bersih jiwa.
Kalau mau jujur, berapa banyak kotoran berserakan di negeri ini? Dari mulai lingkungan yang nyampah, birokrasi "bertikus", tayangan keji, jalanan bercaci maki, hingga hati yang iri, dengki, rakus, dan minim empati.
Satu langkah kecil untuk hidup bersih: buang sampah di tempatnya! Seperti ajakan Bu Wismi pada ribuan guru di awal coretan ini.
Oh ya, agar Indonesia tak kalah dengan Singapura atau Jepang, ajak putra-putri kita membuang sampah pada tempatnya, meski hanya selembar bungkus permen. Lebih afdhol lagi jika orang-orang terdekat kita juga melakukan hal yang sama :)
Semoga dengan terampil membuang sampah di tempatnya, akan tumbuh tanggung jawab untuk membuang kotoran yang merusak hidup kita, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Aamiiin.
Sampah menjadi permasalahan yang sungguh sangat serius. Diantaranya penyebab bencana alam serta kerusakan terhadap alam. Kami sebagai perusahan yang peduli akan lingkungan, mengajak untuk Anda berhenti untuk menggunakan kemasan makanan seperti styrofoam dan beralih ke packaging makanan dari kertas Greenpack
ReplyDelete