Menulis

Menulis

Berguru pada Pendiri TK-SD Batutis Al-ilmi


Ini kisah nyata. Sungguh membuat hati terenyuh, bangga, dan salut.

Suatu hari, terjadi pertengkaran hebat antara suami-istri di sebuah wilayah di Bekasi. Sang suami berteriak keras dan mencaci maki istrinya. Sang istri tak terima dan membalas cacian suami dengan lemparan perabotan rumah.

Mendadak, anak mereka yang masih berumur lima tahun mendatangi orangtuanya. Dengan tatapan mata tajam dia berujar, "Tenang. Kita harus tenang. Kalau ada masalah, kita duduk dan bicara. Kalau sudah selesai, kita boleh jabat tangan. Aku melakukan itu kalau di sekolah."

Subhanallah. Anak sekecil itu sudah sangat "dewasa". Tahu apa yang harus dilakukan jika sedang berselisih. Tak perlu marah, apalagi melempar perabotan rumah.

Yup, semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Dibutuhkan ketenangan dan komunikasi agar solusi terbaik bisa dicapai.

Pertanyaannya, bagaimana mungkin anak sekecil itu punya kemampuan laiknya orang dewasa?

Jawabannya adalah pendidikan. Anak tersebut mendapat pendidikan yang baik sehingga tahu bagaimana bersikap. Kalau sejak kecil sudah bermutu, bagaimana besarnya nanti? InsyaAllah jauh lebih bermutu.

Siapa anak itu? Dia adalah salah satu murid TK Batutis Al-ilmi, Pekayon, Bekasi. Sekolah yang berdiri sejak 5 September 2005 itu menganut metode sentra seperti halnya Sekolah Alfalah, Ciracas, Jaktim.

Sang pendiri, Siska Yudhistira Massardi adalah salah satu murid terbaik drg. Wismiarti Tamin (Bu Wismi) yang tak lain adalah Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah.

Bu Siska tak hanya mampu mengadopsi metode sentra, tapi juga menghadirkannya untuk anak-anak dari lingkungan ekonomi kelas menengah ke bawah. Ini bukti nyata metode sentra bisa diterapkan oleh dan untuk siapa saja, tak terbatas untuk kalangan ekonomi menengah atas.

Ada banyak cerita di internet tentang perjuangan Bu Siska membangun TK dan SD Batutis Al-ilmi. Anda bisa membacanya sendiri dari Google. Yang pasti, perjuangan Bu Siska laik diteladani.

Banyak suka duka yang dialami istri sastrawan sekaligus wartawan senior, Yudhistira ANM Massardi ini. Pernah beliau nyaris putus asa karena kesulitan mendidik anak dari kalangan ekonomi menengah bawah. Bukannya didengar, beliau justru dibully oleh anak didiknya.

"Kehidupan mereka keras sehingga membentuk karakter yang seperti itu. Mereka pernah melempari guru dengan mainan," kenang Bu Siska.

Beruntung Bu Siska bertemu Ibu Linda, istri Pak Ary Ginanjar, ESQ. Dari Ibu Linda, Bu Siska akhirnya berkenalan dengan Bu Wismi. Alhamdulillah, Bu Siska bisa berguru pada Bu Wismi melalui Pelatihan Pendidikan Orang Tua (PPOT).

Perlahan namun pasti, Bu Siska mulai memahami apa dan bagaimana metode sentra. Dari mulai filosofi, konsep, hingga teknis pelaksanaan di lapangan. Meski sempat tertatih-tatih, Bu Siska berhasil membawa metode sentra ke TK dan SD Batutis Al-ilmi.

"Butuh waktu sekitar dua tahun bagi kami untuk merasakan manfaat metode sentra. Salah satu bagian terpenting metode ini adalah membuat jurnal. InsyaAllah kalau sudah tertib membuat jurnal, manfaat metode sentra akan terasa," ujarnya.

Bu Siska juga menyebut "ambisi tersembunyi guru" menjadi momok bagi suksesnya metode sentra. Kalau guru masih "memaksakan" egonya, murid akan kesulitan belajar.

"Metode sentra harus fokus pada kepentingan anak, bukan pada ambisi guru," tegas Bu Siska.

Sukses mengadaptasi metode sentra, Bu Siska mengajarkannya pada masyarakat umum, khususnya praktisi pendidikan. Beliau membuka pelatihan pendidikan semacam PPOT.

Hanya saja, "PPOT" di Batutis Al-ilmi lebih pendek waktunya. Biayanya pun juga lebih murah. Bu Siska berharap, mereka yang ikut pelatihan di Batutis Al-ilmi juga berguru langsung kepada Bu Wismi.

"Ilmu Bu Wismi terus berkembang. Jadi, kita harus belajar dari beliau," tuturnya.

Dibantu suami, Bu Siska aktif menyebarluaskan metode sentra melalui berbagai media seperti buku, majalah, sosial media, dll. Beliau juga kerap diundang jadi pembicara, baik untuk kalangan pemerintah maupun swasta.

Bagi Anda yang ingin belajar dari beliau, bisa datang langsung ke TK atau SD Batutis Al-ilmi di Perumahan Pondok Pekayon Indah, Jln Pakis 5 B Blok BB 29 No 6, Bekasi.

Anda juga bisa mempelajarinya lewat buku yang ditulis Bu Siska bersama suami tercinta. Di antara buku tersebut berjudul "Pendidikan Karakter dengan Metode Sentra" dan "Rumah Kisah, Selamat Datang di Garasi."

Yang menarik, semua hasil penjualan buku, majalah, dan honor pembicara digunakan Bu Siska untuk membiayai anak didiknya. Setiap bulan, Bu Siska mengaku butuh setidaknya 64 juta rupiah.

"Alhamdulillah, sampai sekarang kami bisa membiayai pendidikan di sini. Kami juga berterima kasih pada semua pihak yang mau peduli," ucapnya.

Ada cerita menarik tentang suka duka Bu Siska dalam membiayai Batutis Al-ilmi. Pernah suatu hari, beliau ditawari bantuan hingga 50 juta rupiah. Namun, uang itu harus "disunat" hingga 15 juta rupiah. Katanya untuk "administrasi".

"Saya jelas tolak bantuan seperti itu. Tujuan pendidikan adalah untuk membangun generasi penerus bangsa. Bagaimana jadinya kalau uang yang digunakan adalah hasil kongkalikong," tegas Bu Siska.

Pernah juga Bu Siska mendapat bantuan dari sebuah bank ternama. Hanya saja, salah satu saratnya, sekolah Batutis Al-ilmi harus mencantumkan nama bank itu di sekolah.

"Saya keberatan dengan sarat itu. Saya tidak ingin sekolah sosial jadi tempat komersil. Alhamdulillah, akhirnya pihak bank bisa memahami keberatan saya," kenang Bu Siska.

Ada tips khusus dari Bu Siska bagi Anda yang berjuang di jalur sosial. Agar semua aktivitas berjalan lancar, beliau menyarankan untuk mengandalkan bantuan hanya pada Allah, bukan manusia.

"Saya dapat nasihat ini dari sahabat saya Dik Doang. Beliau bilang, 'Kalau menyandarkan bantuan kepada manusia, kita pasti kecewa. Tapi, kalau pada Allah, kita akan ditolong," kata Bu Siska sembari menyebut doa dan kerja keras sebagai modal utama datangnya pertolongan Ilahi.

Lalu bagaimana Bu Siska "mendidik" orangtua murid agar sejalan dengan visi-misi Batutis Al-ilmi? Apakah juga melalui metode PPOT seperti di Sekolah Alfalah?

Nah, inilah tantangannya. Bu Siska, dibantu para guru, harus datang dari rumah ke rumah. Ini karena sulit bagi Batutis Al-ilmi menghadirkan orangtua ke sekolah.

"Banyak orangtua yang masih beranggapan jika dipanggil ke sekolah, berarti anaknya bermasalah. Jadinya, kami yang datang ke rumah-rumah," jelas Bu Siska.

Selain jemput bola, Bu Siska juga menerapkan steategi kumpul-kumpul. Pihak sekolah mengadakan acara semacam kursus yang diikuti orangtua murid.

"Alhamdulillah, ada beberapa rekan yang mau menyumbangkan kemampuannya untuk para orangtua. Dari sini, komunikasi antara sekolah dan orangtua bisa terjalin," kata Bu Siska.

Saat ini, Batutis Al-ilmi memiliki 48 murid TK dan 109 murid SD. Sama seperti Sekolah Afalah, Batutis Al-ilmi juga punya kelas Baby House dan Toddler. Hanya saja, jika Baby House di Sekolah Alfalah terbuka untuk umum, di Batutis Al-ilmi khusus untuk anak-anak guru.

"Kata Bu Wismi, kalau buka Baby House harus diasuh langsung oleh dokter. Jelas kami belum mampu. Tapi, alhamdulillah akhirnya Bu Wismi mengizinkan kami membuka Baby House dengan pertimbangan masa depan anak-anak guru. Tapi ada saratnya. Kami harus terus belajar," tutur Bu Siska.

Batutis sendiri kependekan dari Baca Tulis Gratis. Sesuai namanya, misi utama sekolah ini adalah memberi pendidikan usia dini secara gratis kepada murid dhuafa.

Kebanyakan mereka adalah anak-anak dari kalangan pembantu rumahtangga, kuli bangunan, tukang ojek, tukang becak, tukang sol sepatu, pemulung, dsb.

"Alhamdulillah berkat izin Allah, sampai sekarang jumlah murid Batutis Al-ilmi terus bertambah. Semoga ke depan lebih banyak anak-anak di negeri ini yang terdidik dengan baik," tutur beliau.

Selamat berjuang Bu Siska. Semoga makin banyak orang di negeri ini yang mengikuti jejak muliamu. Aamiiin.

0 Response to "Berguru pada Pendiri TK-SD Batutis Al-ilmi"

Post a Comment