'Kebetulan Buruk' yang Sempurna
Waktu kecil, saya sering dengar orangtua menyanyikan lagu ini. Entah siapa yang mengarang, yang pasti, di Surabaya lagu ini sempat populer.
Sebagian orang mendendangkan lagu ini waktu mengasuh anak-anak, khususnya batita. Berikut syairnya:
Satu, dua, tiga, pak gendut naik kuda.
Kuda-kuda lari, pak gendut kejebur kali.
Kali-kali brantas, pak gendut gak iso mentas.
Mentas-mentas dewe, pak gendut digondol wewe.
Wewe-wewe gombel, pak gendut diedel-edel.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Akhirnya pak gendut harus meregang nyawa dengan cara yang sangat mengenaskan.
Saya tidak tahu apa judul lagu itu. Bisa jadi "Pak Gendut", atau bisa juga "Satu, Dua, Tiga". Yang pasti, lirik lagu tersebut sangat mengerikan. Sejak awal hingga akhir, pak gendut selalu bernasib malang. Ingin hati naik kuda, apa daya maut menyapa.
Ada banyak pelajaran dari lagu itu. Jika yang mengarang seorang pawang kuda, bisa jadi dia ingin orang hati-hati saat naik kuda. Harus ada pendamping khusus agar tidak terjadi hal-hal negatif.
Atau bisa jadi yang mengarang lagu adalah pakar kesehatan. Dia menyindir secara halus risiko orang dengan berat badan berlebih. Dia ingin masyarakat menerapkan gaya hidup sehat agar tidak obesitas.
Jika menganut teori konspirasi, si pengarang mungkin seorang politisi kotor. Dia mengkondisikan situasi agar kuda yang dinaiki pak gendut panik hingga terjadi kecelakaan. Dia juga menyuruh orang berpura-pura jadi wewe gombel untuk menghabisi nyawa pak gendut. Dengan lagu itu, si politisi berharap masyarakat percaya pak gendut mati di tangan makhluk halus.
Bisa juga yang mengarang adalah seorang kyai. Dia mengangkat tema betapa hidup terkadang tak seindah yang dibayangkan. Ada saat "kebetulan buruk" menyapa seseorang hingga akhir hayat.
Saya pernah dapat kabar mengejutkan sekitar lima tahun lalu. Seorang teman meninggal dunia akibat kecelakaan motor. Padahal, kurang seminggu dia akan naik pelaminan.
Jika dilogika, berapa ribu jam dia naik motor sejak punya SIM. Mengapa tepat pada hari itu dia menabrak trotoar dan langsung meninggal? Padahal, banyak kecelakaan lain yang tak sampai merenggut nyawa.
Mengapa juga Ayrton Senna tewas saat memacu kuda besi di GP San Marino pada 1994?
Mengapa Marco Simoncelli meninggal kala adu cepat di Moto GP Sepang pada 2011?
Orang Barat menyebut "kebetulan buruk" sebagai bad day (hari sial/nahas). Orang Islam menyebutnya musibah. Apapun yang terjadi, semua atas izin Allah. Sesuai firman di Surat at-Taghabun ayat 11:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah, maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya. Dan Allah terhadap segala sesuatu Maha Mengetahui.”
Nah, dari ayat itu, kita simpulkan bahwa musibah adalah sebuah keniscayaan. Cepat atau lambat, aneka kejadian tak mengenakkan akan menyapa. Satu per satu, silih berganti, hingga maut menjemput.
Pertanyaannya, bagaimana sikap terbaik saat mengalami ketidaknyamanan itu? Apakah berduka cita selamanya? Atau mengabaikan apa yang terjadi?
Bagi kaum muslimin, tidak ada cara paling pas dalam menghadapi musibah selain sabar dan istirja'.
Sabar adalah menahan diri untuk rela menerima keadaan, tanpa berucap atau berbuat sesuatu yang justru merugikan diri sendiri, apalagi orang lain.
Sedangkan istirja' adalah mengembalikan semua perkara kepada Allah sembari yakin bahwa ada hikmah dari setiap yang terjadi.
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَاُ
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami semua kepada Allah akan kembali. Ya Allah berilah pahala atas musibah yang menimpaku, dan gantilah musibah ini dengan yang lebih baik."
Tak perlu berduka cita selamanya. Seperti halnya makan, minum, dan buang air, musibah adalah bagian dari kehidupan.
Bagi Anda yang sedang dirundung sendu, semoga coretan ini bisa bermanfaat. Jika masih galau, coba perbanyak doa di picture coretan ini. Agar berasa efeknya, panjatkan sesering mungkin dengan penuh keyakinan dan harapan.
Semoga kita selalu dalam dekapan Allah dan dijauhkan dari musibah beruntun seperti yang dialami pak gendut di awal coretan ini. Aamiiin
Wallahu a'lam
0 Response to "'Kebetulan Buruk' yang Sempurna"
Post a Comment