Sebagai sarjana teknik yang minim ilmu ekonomi, saya 100% mendukung judul di atas. Pokoknya, begitu dollar tembus Rp. 15.000, Jokowi haram menjabat sebagai presiden.
Jokowi harus turun karena terbukti gagal menjaga stabilitas ekonomi. Dari artikel yang pernah saya baca, dampak kenaikkan dollar sangat mengerikan.
Misal, dollar naik dari Rp. 10.000 jadi Rp. 15.000. Ini artinya, mereka yang punya utang US$ 100.000 otomatis akan membengkak jadi US$ 150.000. Kondisi ini tentu saja akan berdampak buruk pada roda ekonomi dalam negeri. Tragedi 1998 konon dapat terulang kembali.
Bagaimana, Anda setuju dengan analisis saya? Anda setuju jika Jokowi dipecat kalau dollar naik hingga Rp. 15.000?
He he he, saya yakin tidak ya. Sebagian Anda, terutama yang ahli ekonomi, politik, atau tata negara, pasti kontra dengan judul di atas. Apalagi, jika Anda adalah seorang Jokower alias pendukung fanatik Pak Presiden.
Anda pasti tidak nyaman dengan judul di atas. Anda bahkan bisa menuduh saya sebagai antek Jontor (gak pakai Ru), he he he.
Tenang Bro. Santai Sis. Coretan ini sejatinya bukan tentang politik. Gak ada niatan saya untuk mendemo Pak Jokowi.
Analisis ndobos di atas hanya untuk menggambarkan betapa menilai kinerja Presiden tak bisa dipantau hanya dari buruknya performa dollar. Ada banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan.
Yup, tidak mudah memahami satu persoalan secara mendalam (insight) tanpa menguasai banyak disiplin ilmu.
----------------------
Sekarang coba perhatikan sekeliling kita. Berapa banyak orang yang ngomong tentang Islam? Berapa banyak orang yang mengutip Alquran dan Alhadist? Berapa banyak yang berkomentar tentang syariat Islam? Padahal, jangankan menghatamkannya, membaca Kitab Suci dengan tartil saja tidak bisa.
Inilah fenomena mengerikan zaman sekarang. Mentang-mentang punya akun media sosial, orang semaunya membuat pernyataan tentang agama. Jika tidak hati-hati, bukan kebenaran yang kita syiarkan, tapi justru tersebarnya kesesatan (naudzubillahi min dzalik).
Nah, berikut secuil metode memahami Alquran sesuai kaidah yang benar. Semoga ulasan singkat ini bermanfaat, terutama bagi Anda yang suka menulis status, komentar, dan nge-share materi-materi tentang Islam.
1. Alquran dengan Alquran
Cara ini adalah menafsirkan ayat dengan ayat lain di dalam Alquran. Asal tahu saja, Alquran memiliki pola tertentu, di mana ayat satu dengan yang lain sering saling menjelaskan/memperkuat. Bagaimana mungkin kita tahu pola ini kalau kita jarang, bahkan sama sekali tidak pernah mengkajinya?
2. Alquran dengan sunnah
Tidak ada yang lebih memahami Alquran selain Nabi Muhammad SAW. Banyak sunnah beliau yang menjelaskan secara gamblang makna ayat-ayat dalam Alquran. Dalam hal ini, kita harus belajar minimal enam kitab hadist induk yakni Bukhori, Muslim, Nasa'i, Tirmidzi, Abi Daud, dan Ibni Majah.
3. Alquran dengan aqwal sahabat
Orang-orang yang hidup sejaman dengan Nabi, paham betul bagaimana makna, keterangan, dan aplikasi Alquran. Merekalah saksi sejarah paling kuat terkait pengertian ayat-ayat Alquran.
4. Alquran dengan kaidah bahasa Arab
Alquran nyatanya diturunkan di jazirah Arab. Alhasil, memahami bahasa Arab adalah kunci utama menyibak makna dan keterangan Kitab Suci. Lha kalau kita baca Alquran masih grotal-gratul, bagaimana mungkin tahu kandungan tersurat dan tersirat di balik suatu ayat?
5. Alquran dengan tajwid, asbabannuzul, dll
Senada dengan tata bahasa Arab, ilmu tajwid, asbabunnuzul (peristiwa turunnya ayat), dan sejenisnya, merupakan tools (alat) untuk menguak makna yang terkandung di dalam Alquran.
Lima metode ini hanyalah secuil dari banyak kaidah yang harus dikuasai sebelum menafsirkan Alquran. Masih banyak kaidah lain yang mesti dipelajari agar kita mengerti isi Alquran sesuai maksud Sang Pencipta.
Kebayang kan bermutunya standar keilmuan Islam? Untuk menafsirkan ayat saja dibutuhkan banyak disiplin ilmu. Sebab, kalau asal njeplak (asbun), Anda akan seperti saya: mendesak Jokowi lengser hanya karena dollar naik Rp 15.000.
Be smart. Be wise.
0 Response to "Dollar 15 Ribu, Jokowi Wajib Lengser"
Post a Comment