Menulis

Menulis

Islamisasi vs Kristenisasi



Akhir-akhir ini santer sekali isu Kristenisasi di media sosial. Dengan segala kekurangan, kelemahan, dan keterbatasan ilmu, saya coba membahasnya dari perspektif penulis muslim dan mantan wartawan.

Menurut saya, sebagai warga negara Indonesia, Islamisasi dan Kristenisasi adalah hal wajar.

Mengapa? Karena orang Islam meyakini hanya Islam yang bisa memasukkan manusia ke surga. Dari sini, kaum muslimin diwajibkan dakwah agar sebanyak mungkin umat selamat dunia akhirat.

Di pihak lain, orang Kristen meyakini Yesus Kristus satu-satunya jalan menuju surga. Mereka juga diharuskan menyelamatkan sebanyak mungkin "domba-domba tersesat."

Lalu siapa yang salah? Siapa yang benar?

Jawabannya bergantung pada siapa yang menjawab. Bagi umat Islam, yang salah sudah pasti Kristen, yang benar Islam. Sebaliknya, bagi orang Kristen, yang salah Islam yang benar Kristen.

Perdebatan ini tak akan ada habisnya. Karena sampai kiamat tak mungkin ada satu agama di muka bumi. Setiap manusia selalu punya keyakinan masing-masing. Bahkan, yang tak beragama pun akan tetap ada sampai akhir dunia.

Sebagai seorang muslim, saya 100% meyakini Islam satu-satunya jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat. Dalil tentang kebenaran Islam terpapar jelas di Alquran dan Alhadist.

Sementara bagi umat Kristiani, saya yakin mereka punya segudang dalil yang menyebut Kristen agama paling benar.

Adalah wajar jika setiap agama berlomba mengajak sebanyak mungkin manusia menuju kebenaran, kebahagiaan, dan surga (tentu menurut versi masing-masing).

*****

Sebagai seorang muslim, saya yakin seyakin-yakinnya, ilmu adalah pondasi dari keyakinan yang benar. Ilmu didapat dari berguru, mengkaji, mendengar, mengamati, melihat, riset, membaca, dan sejenisnya.

Jika benar-benar mengkaji dan mendalami Alquran dan Alhadist, kita akan paham bahwa Isa AS adalah utusan Allah SWT sebagaimana Musa AS, Ibrahim AS, Daud AS, Nuh AS, dan Muhammad SAW.

Isa AS bukanlah anak Allah yang turun ke dunia untuk menebus dosa manusia. Sekali lagi, Isa AS adalah manusia yang diangkat sebagai Rosul, bukan Tuhan. Meski memiliki berbagai mukjizat yang mengagumkan, Isa AS tetaplah makhluk (ciptaan). Dan menyembah makhluk adalah sebuah kesalahan besar.

Pertanyaanya. Apakah semua umat Islam memahami dan meyakini hal ini? Yakin dengan segenap hati bahwa tak ada Tuhan kecuali Allah dan Isa AS adalah utusanNya (sebelum Nabi Muhammad SAW)?

Sangat sulit menjawab "ya" jika kaum muslimin jarang, bahkan tak pernah iqro' (membaca dengan mulut, penglihatan, hati, pendengaran, dan pikiran).

Sangat sulit menjawab "ya", jika kaum muslimin, sejak bangun tidur hingga tidur lagi, lebih fokus meraih duniawi ketimbang akhirat.

Di sinilah, menurut saya, sumber ketakutan Kristenisasi muncul. Karena ilmu yang rapuh, sebagian umat Islam lebih senang menyalahkan orang/pihak/agama lain ketimbang introspeksi.

Kalau mau jujur, sebagai orang Islam, seberapa sering kita dan keluarga membuka, mengkaji, serta mendalami Alquran dan Alhadist?

Kalau kita sebagai muslim jarang atau bahkan tak pernah melakukannya, sungguh tidak fair jika kita menghujat orang/pihak/agama lain karena menyebarkan keyakinannya.

Sudahlah, jangan melarang anak makan makanan di luar pagar jika kita tak pernah menyediakan menu lezat dan bergizi di rumah sendiri.

Mohon maaf, dengan segala hormat. Rekan-rekan yang sekarang jadi ulama, kyai, ustadz, dan mubaligh, Jenengan semua punya kewajiban besar untuk memahamkan umat.

Jangan hanya menyeru pada ritual keagamaan yang melibatkan lisan dan gerak badan, tapi lemah dalam keilmuan.

Setahu saya, dasar agama adalah keyakinan (aqidah). Dan keyakinan yang haq selalu dilandaskan pada ilmu (pikiran dan hati). Semakin banyak umat yang terpapar ilmu, insyaAllah aqidah mereka semakin kuat.

Sementara kita-kita yang menyandang predikat ro'yah biasa, sudakah mendalami ilmu Islam dengan benar?

Sudahkah kita mengajak keluarga dan sanak famili memperdalam ilmu Islam?

Sudakah kita meningkatkan ilmu Islam dengan metode (manhaj) yang benar?

Sekadar gambaran. Untuk mendapatkan kehidupan yang laik di bumi, kita rela "makan" bangku TK, SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Waktu yang dibutuhkan hampir 20 tahun.

TK = 2 tahun
SD = 6 tahun
SMP = 3 tahun
SMA = 3 tahun
PT = 4-5 tahun
Lebih lama lagi jika kuliah S2-S3

Lalu, sudah berapa lama waktu yang kita habiskan untuk memahami dan mendalami Islam sebagai bekal kesuksesan tak hanya di bumi, tapi juga akhirat?

Coba renungi sabda Baginda Nabi Muhammad SAW berikut:

عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ سَخَّابٍ فىِ اْلأَسْوَاقِ جِيْفَةٍ بِاللَّيْلِ ِحمَارٍ بِالنَّهَارِ عَالِمٍ بِأَمْرِ الدُّنْيَا جَاهِلٍ بِأَمْرِ اْلآخِرَةِ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

"Sesungguhnya Allah murka kepada setiap perkataan kasar lagi sombong, banyak berteriak di pasar, bagai bangkai di waktu malam dan seperti himar di siang hari, pandai urusan dunia, tapi bodoh urusan akhirat."

[HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqiy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih, lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 195 dan Shahih al-Jami ash-Shaghir: 1878].

Mungkin dalil ini terdengar tegas. Namun, jika sejenak kita renungi, sabda Baginda Nabi Muhammad SAW ini adalah jawaban mengapa sebagian umat Islam takut bahkan menghujat Kristenisasi.

Dengan segala hormat. Berhati-hatilah sebelum menyalahkan atau bahkan menghujat orang/pihak/agama lain. Selain bisa memicu kebencian bahkan pertikaian, bisa jadi "kesalahan teknis" justru ada pada diri kita sendiri.

Sungguh mulia perkataan profesor hadist Imam Buchori di salah satu karyanya.

"Al 'ilmu qoblal qouli wal 'amal (ilmu itu sebelum kita berkata dan bertindak).

Indah sekali jika Anda, saya, dan keluarga rajin membaca, mengkaji, mendalami, memahami, dan mengamalkan ilmu-ilmu Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Wallahu a'lam

0 Response to "Islamisasi vs Kristenisasi"

Post a Comment