Menulis

Menulis

Muslim Kok Ngikut Tradisi Agama Lain?


Pernah dengar atau baca kalimat-kalimat berikut?

"What, orang Islam dilarang ikut-ikutan tradisi agama lain?"

"Emang apa sih ruginya ngerayain tradisi yang gak Islami?"

"Hus, itu kan tradisi agama mereka, kenapa kita ikut-ikutan? Kurang kerjaan banget sih."

"Daripada ngikut tradisi yang gak Islami, mending baca Qur'an dapat pahala."

He he he, seru ya ngebahas masalah beginian. Yang satu ngotot gak boleh niru polah tingkah non-Islami. Sementara yang lain menyeru agar tak kaku dalam beragama.

Maaf, saya bukan ustadz, jadi kurang mahir mengulas topik ini dari pendekatan dalil Alquran dan Alhadist. Saya juga bukan sosiolog atau anthropolog yang menguasai ilmu perubahan di masyarakat.

Saya hanya penulis buku dan mantan jurnalis yang sedang belajar bisnis kecil-kecilan. Dari latar belakang ini, saya coba lirik isu sensitif yang kerap memicu pro-kontra di kalangan muslimin.

Saya mulai dengan sebuah berita bisnis yang saya baca saat jadi Online Managing Editor di Campus Life, Berita Satu Media Holdings, beberapa tahun lalu.

Inti berita itu menyebut karyawan Apple dilarang membawa ponsel Samsung masuk ke area pabrik. Jika terbukti melanggar, mereka bisa disanksi.

Usai membaca berita, saya berkata dalam hati:

"Apple lebay banget sih. Ngapain ngelarang karyawan bawa ponsel Samsung. Itu kan ponsel mereka sendiri. Dibeli pake uang sendiri. Sebagai perusahaan bertaraf internasional, seharusnya Apple gak picik kayak gitu."

Menurut penerawangan saya, karyawan Apple semestinya menolak aturan kolot itu, apalagi jika merujuk pada HAM. Bila perlu, mereka menggelar demo massal menggugat larangan lebay tersebut.

Di mata saya, Apple telah melanggar HAM karena melarang karyawannya membawa masuk ponsel Samsung ke area pabrik.

Bagaimana, Anda sependapat dengan opini saya?

He he he, tentu tidak ya. Sebagian Anda bisa jadi malah menyebut saya too much alias lebay alias kemoncolen (kebablasan).

Atau bisa juga Anda melabeli saya sebagai penulis yang miskin ilmu bisnis. Gak ngerti branding, gak kenal loyalty program, apalagi brand awareness.

Yup, setelah saya pikir-pikir, opini saya ternyata keliru. Atas nama kepentingan bisnis, Apple 100% berhak membuat kebijakan seperti itu. Apple sepertinya ingin seluruh karyawan bangga dengan iPhone, iPad, McBook, iPod, dan sejenisnya.

Para petinggi Apple yakin dengan mencintai produk bikinan sendiri, karyawan akan beretos kerja tinggi. Dari sini, mereka bisa terus berjaya, tak seperti Nokia yang wafat karena lamban berinovasi.

Para penerus Steve Jobs juga tak sudi membuka celah bagi produk lain untuk menggerus kedigdayaan Apple, terutama buat Samsung yang notabene musuh bebuyutan.

"Sampeyan iki aneh Cak Gem. Awalnya bahas agama, kok ngelantur bicara bisnis. Dasar penulis aneh."

He he he, sori Bro. Kadang aku rada mbulet. Okay, biar mudah dipahami, ganti saja kata "Apple" dengan Islam. Sementara "Samsung" ganti dengan agama lain sesuka Anda.

Oh ya, bagi Anda yang KTP-nya Islam, coba renungi sabda Baginda Nabi Muhammad SAW di HR. Abu Dawud berikut ini:

عن ابن عمر - رضي الله عنهما - قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وعلى آله وسلم-: من تشبه بقوم فهو منهم أخرجه أبو داود وصححه ابن حبان.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa ‘ala aalihi wasallam bersabda:

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum itu."

Saya kira sabda Nabi Muhammad SAW tidaklah berlebihan. Setidaknya jika merujuk pada kebijakan Apple yang melarang karyawannya membawa masuk ponsel Samsung ke area pabrik.

Wallahu a'lam

0 Response to "Muslim Kok Ngikut Tradisi Agama Lain?"

Post a Comment