Menulis

Menulis

Nasihat Sederhana dari Pedagang Mie Ayam



Senang sekali bisa ngobrol dengan teman-teman pedagang kaki lima. Meski tak sekolah tinggi, bukan berarti mereka miskin ilmu. Bahkan, bisa dibilang, banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik.

Nah, belum lama ini saya berkesempatan menimba ilmu dari Mas Aris MA. Gelar MA diberikan karena dia berjualan mie ayam. Ada juga yang menjulukinya MAP alias Mie Ayam Pangsit.

Sehari-hari, Mas Aris MA/MAP mangkal di Jl. Taman Solo, Jakpus, yang terkenal dengan wisata kulinernya. Biasanya, dia buka lapak pukul 08.30 WIB dan pulang ke kontrakan menjelang adzan maghrib.

Yang menarik, meski sibuk berdagang, dia tidak pernah absen untuk sholat lima waktu. Dia biasanya sholat di masjid mungil seberang gerai KFC.

"Alhamdulillah, saya jualan mie ayam sudah cukup lama. Sejak sebelum menikah, sampai sekarang punya anak satu," tuturnya tersenyum.

Tertarik menggali informasi lebih jauh, saya pun melontarkan sebuah pertanyaan berbau bisnis.

"Mas, sekarang persaingan bisnis kuliner kan makin ketat. Apalagi dolar sering naik. Kira-kira pendapatan sampeyan dari dulu sampai sekarang bagaimana? Kalau dulu kan sampeyan masih bujang. Sekarang harus nanggung anak-istri," tanya saya.

Mendengar pertanyaan itu, Mas Aris tersenyum tipis. Dengan nada lemah lembut dia menjawab, "Allah itu benar-benar Maha Adil. Dia yang memberi dan mengatur rejeki. Semua makhluk dicukupi rejekinya, asal mau usaha."

"Kalau dipikir-pikir, harusnya rejeki saya kurang karena ada anak-istri. Tapi, buktinya, alhamdulillah, semua tercukupi. Saya bahkan bisa beli motor dan nyicil bangun rumah di desa," imbuh Mas Aris yang mengaku berasal dari Solo, Jateng.

Dalam menggenjot income, Mas Aris menerapkan strategi anti-zona nyaman. Jika dulu dia berstatus sebagai karyawan, menjelang menikah, dia berani membuka bisnis sendiri.

"Saat pertama jualan mie ayam, saya kerja di tempat paman. Setelah punya modal, saya buka sendiri. Sekarang saya sedang mencari karyawan yang mau kerja sama saya," ujarnya.

Tidak mudah bagi Mas Aris dalam mengais rejeki di Jakarta. Saat awal jualan, dia pernah dipukul oleh seorang pedagang mie ayam di sekitar Pasar Rawasari.

"Dia mengira saya menyerobot pangkalannya. Padahal, saya cuman lewat. Kebetulan pas ada orang beli, jadi saya melayaninya," kenang Mas Aris.

Meski hidup terkadang berat, penggemar Liverpool ini enggan menyerah. Baginya, hidup adalah perjuangan. Tidak ada kata mundur dalam menjalankan kewajiban.

Mas Aris yakin rejeki setiap manusia sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Tugas setiap hamba adalah berdoa dan berusaha meraihnya.

"Saya pernah dinasehati kakek saya. Beliau bilang, Allah pasti memberi tambahan rejeki, terutama bagi orang yang mau nikah, punya anak, membangun rumah, dan naik haji. Meski mungkin harus utang dulu, tapi insyaAllah bisa melunasi," ujarnya semangat.

Wow, dahsyat sekali ya ilmu Mas Aris. Gak kalah sama Pak Mario Tegang, eh salah, Pak Mario Teguh 🙊 qiqiqi...

Sering kali kita khawatir kekurangan rejeki. Padahal, sudah ada Dzat yang memberi dan mengatur rejeki semua makhluk.

"Kita lahir kan gak bawa-bawa apa-apa. Kalau bukan Allah yang menjaga, melindungi, dan memberi rejeki, sudah pasti kita gak akan bisa seperti sekarang," imbuh Mas Aris yang bercita-cita ingin punya depot mie ayam.

Wah, terima kasih, jazakallahu khoiro Mas Aris untuk nasihat singkatnya. Semoga kita semua selalu semangat menjemput rejeki, terutama bagi yang mau nikah, punya anak, membangun rumah, dan naik haji.

Salam perjuangan

0 Response to "Nasihat Sederhana dari Pedagang Mie Ayam"

Post a Comment