Pelajaran Berharga dari Penjual Gado-gado
Buat Anda yang lagi seret rejeki, semoga coretan ini bisa bermanfaat.
Kenalkan, namanya Pak Wahidin. Usianya 55 tahun. Beliau lahir pada 28 Februari 1960 di Kuningan, Jabar. Meski hanya lulusan SD, beliau tak cengeng menghadapi kerasnya hidup.
Sudah berbagai profesi beliau geluti. Mulai dari kuli bangunan, loper koran, hingga berjualan aneka makanan seperti mie ayam, es, dan gado-gado.
"Paling lama saya jualan gado-gado. Sudah 27 tahun," katanya tersenyum.
Yang menarik, Pak Wahidin membawa dagangannya tidak dengan gerobak. Hampir sebulan ini beliau menggunakan motor matic sebagai wahana mencari nafkah. Setiap pagi hingga sore, beliau keliling wilayah Cempaka Putih, Jakpus menawarkan dagangannya.
"Kaki saya sudah tidak kuat mendorong gerobak. Jadi, saya pakai sepeda motor. Yang penting masih bisa cari rejeki untuk anak istri," ungkapnya.
Kaki Pak Wahidin memang sedikit ada masalah. Jika berjalan, beliau agak pincang. Apakah sejak lahir atau karena kecelakaan, saya tidak tahu. Saya sendiri sungkan menanyakan hal itu kepada beliau.
Sejak menggunakan sepeda motor, omzet Pak Wahidin menurun drastis. Maklum, dengan sepeda motor matic, beliau tidak bisa membawa banyak dagangan.
"Alhamdulillah, dua anak saya sudah lulus SMA dan bekerja. Tinggal satu yang masih di SMK kelas 2. Jadi, saya dagangnya agak santai sekarang," ujarnya.
Di mata saya, Pak Wahidin termasuk orang sukses. Meski hanya lulusan SD, beliau berhasil memperbaiki nasib. Merantau ke Jakarta seorang diri, membina rumah tangga hingga berhasil membeli sepetak rumah ukuran 3x4 m di Rawamangun.
"Dulu saat dagang koran ekonomi saya agak lumayan. Tapi karena sering ditipu orang, jadinya saya ganti berjualan makanan. Yang penting halal," katanya sembari berharap ketiga anaknya bisa lebih sukses dari dirinya.
Semangat pantang menyerah terlihat jelas di wajah Pak Wahidin. Buktinya, meski tak sanggup mendorong gerobak, beliau sukses memodifikasi motornya sebagai sarana berjualan.
"Saya pasang kayu sedikit untuk tempat membuat bumbu. Saya taruh tatakan plastik di sini untuk wadah sayuran. Terus ini bikin spanduk kecil biar orang tahu saya jualan gado-gado," terangnya.
Subhanallah. Luar biasa semangat dan kreativitas Pak Wahidin. Di usianya yang mulai senja, beliau tetap mau berkarya. Tidak ada kata malu, apalagi menyerah.
Semoga Allah meluaskan rejeki kita semua. Aamiiin.
0 Response to "Pelajaran Berharga dari Penjual Gado-gado"
Post a Comment