Kalau ada waktu, coba tengok FB atas nama Oki Setiana Dewi. Di sana ada postingan yang mengerikan. Gambar mayat anak-anak Timur Tengah yang tewas dalam peperangan, gambar bayi berdarah-darah hasil aborsi, dan gambar sejenis yang membuat hati miris dan emosi.
Yang menarik, sebagian gambar itu segaja minta di "Like", di "Aminkan", lalu di "Share". Dan bim salabim, serempak, ratusan bahkan ribuan jamaah Facebookiyah mengabulkan permohonan akun Oki Setiana Dewi.
Memang, sekilas seperti memberi dukungan dan doa. Namun, apakah dukungan seperti itu laik dilakukan? Apakah cara menggalang support seperti itu memenuhi syarat etika, moral, dan kepatutan?
Sebagai mantan wartawan yang 15 tahun aktif di beberapa media massa nasional, apa yang dilakukan akun FB Oki Setiana Dewi tidaklah etis. Apalagi, jika gambar-gambar sadis itu untuk mengeruk popularitas (agar masyarakat tidak lupa dengan Oki Setiana Dewi).
Saya kira akun itu tidak dikelola langsung oleh Mbak Oki. Karena saya yakin beliau adalah muslimah yang baik dan pandai. Meski demikian, seharusnya artis berwajah keibuan itu tidak membiarkan namanya digunakan sebagai alat propaganda bergambar foto-foto mengerikan. Terlebih ada embel-embel silakan di "Like", "Aminkan", dan "Share".
Akan lebih bijak jika akun itu menggalang dana untuk disedekahkan kepada fakir miskin dan anak yatim. Baik juga jika postingan FB tersebut berisi ilmu yang bermanfaat.
Semoga Mbak Oki mau mendelete akun FB itu atau setidaknya membuatnya lebih profesional. Dengan demikian, nama agung Mbak Oki bisa tetap wangi, jauh dari hal-hal naif dan berdarah-darah.
---------------
Dalam dunia pers, dikenal istilah "10 rukun berita". Salah satunya berita tentang human interest (kemanusiaan). Rukun ini sangat disukai pembaca dan pemirsa. Makanya, jangan heran kalau jenis berita ini banyak bergentayangan di koran, majalah, TV, dan berita online.
Apa yang dilakukan FB Oki Setiana Dewi mengadaptasi strategi ini. Gambar-gambar human interst diposting untuk mendulang respons masyarakat. Sayangnya, gambar-gambar itu tanpa melalui sensor etika dan moral.
Yang miris, akun-akun seperti ini tumbuh subur di Indonesia. Gambar orang tewas kecelakaan, anak kecil berdarah-darah, mayat setengah telanjang, dan sejenisnya berlalu lalang di jagat maya. Lebih miris lagi akun-akun itu memohon, bahkan memaksa untuk di "Like", di "Aminkan", dan di "Share.
Asal tahu saja, semakin banyak yang merespons akun-akun seperti itu, semakin besar keuntungan materi dan non-materi yang diterima pemilik akun.
Secara non-materi, pemilik akun akan makin terkenal. Sedangkan secara materi, mereka bisa menggunakan popularitas untuk kepentingan bisnis (jualan), politik (nyalon jadi pejabat), mencari proyek, atau membintangi sejumlah sinetron/film.
Kalau Anda merasa artikel ini bermanfaat, silakan Like, Aminkan, dan Share (lho, aku kok malah ikut-ikutan 🙊 qiqiqi...)
Let's be smart and wise
Itu sebenernya praktek jual beli akun pak Gem.
ReplyDeleteNanti kalau follower atau Like nya sudah banyak tingga dijual dan ganti nama.