Menulis

Menulis

Sahabat Murah Senyum Itu Telah Pergi



Saya biasa memanggilnya Mas Warjo. Ya, namanya memang sederhana. Tapi, dedikasi dan perjuangannya sungguh luar biasa.

Saya kenal Mas Warjo kali pertama pada Januari 2014 ketika bergabung dengan Multazam Utama Tour & Travel. Sehari-hari Mas Warjo dipercaya sebagai petugas logistik yang mengatur keluar-masuknya perlengkapan haji dan umroh.

Seperti kebanyakan orang Jawa pada umumnya, Mas Warjo orangnya grapyak, supel, dan mudah bergaul. Setiap hari senyuman menghiasi raut wajahnya. Tak heran jika dia punya segudang teman akrab.

Ada banyak kisah menarik selama saya bekerja dengan Mas Warjo. Pernah suatu hari dia menunjukkan celana jeansnya yang baru. Celana itu dia beli setelah dapat bonus dari perusahaan.

"Cak, bagus tidak celanaku? Ini asli lho. Coba sampeyan cek," katanya tersenyum.

"Asli bagus banget Mas. Berapaan ini Mas? Belinya di mana? Saya mau beli satu," jawab saya.

"Harganya 150-200 ribuan Cak. Tapi ada juga yang di atas 300 ribuan. Belinya di toko pakaian dekat Arion Rawamangun. Banyak celana jeans berkualitas di sana. Cuma kita harus teliti karena kadang ada rejectannya," tutur Mas Warjo semangat.

"Okay Mas, kapan-kapan aku meluncur ke sana. Jazakallahu khoiro untuk informasinya," timpal saya sembari mengingat-ingat lokasi toko yang dimaksud.

Beberapa pekan kemudian saya menyempatkan diri mengunjungi toko itu. Ternyata benar apa yang dikatakan Mas Warjo. Di sana banyak sekali celana jeans murah berkualitas. Alhamdulillah akhirnya saya beli satu mirip dengan punya Mas Warjo.

Selain fashion, Mas Warjo dikenal punya selera gadget lumayan bagus. Pernah suatu hari dia menunjukkan ponsel baru Galaxy Duos warna putih.

"Alhamdulillah akhirnya saya bisa beli yang kayak punya Mbak Dian Cak, he he he," katanya bercanda.

Mas Warjo pantas gembira dengan ponsel barunya. Ketika itu saya sendiri masih mengandalkan Smartfren Andromax-i second harga 700 ribuan.

Selain kenangan indah, ada banyak pelajaran berharga dari Mas Warjo ketika saya bergabung dengan Multazam Tour & Travel.

Sahabat bertubuh tambun itu selalu menunjukkan dedikasi yang tinggi ketika bekerja. Tak ada kata malas jika harus menyelesaikan semua tanggung jawab.

Mas Warjo juga sangat mengedepankan kerja sama dan saling tolong menolong. Pernah suatu siang dia mengajak saya dan teman-teman bahu-membahu memindahkan puluhan gelondong kain untuk seragam haji dan umroh.

"Kalau kita rukun, kompak, dan kerja sama, insyaAllah semua pekerjaan terasa ringan. Jangan pilih-pilih," nasihatnya suatu siang.

Meski bertahun-tahun menjadi karyawan, Mas Warjo punya cita-cita bisa hidup mandiri. Dia berencana pindah ke Bekasi dan membuka toko kelontong.

"InsyaAllah enak Cak punya toko elpiji dan air mineral. Nanti saya antar sendiri dagangannya. Lebih keren pakai motor roda tiga yang gedhe itu, he he he," ujarnya penuh semangat.

"Wah bagus tuh Mas Warjo cita-citanya. Sampeyan harus mulai nabung untuk modal usaha. Atau kalau berani, sampeyan pinjam dengan sistem bagi hasil. Mudah-mudahan lancar barokah Mas," jawab saya.

Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan. Mimpi indah Mas Warjo harus pupus di tengah jalan. Mendadak penyakit paru-paru ganas menyerangnya. Beberapa kali bapak dua anak itu keluar masuk rumah sakit untuk melawan penyakitnya.

"Cak, aku dibantu doa ya. Sepertinya penyakitku agak parah," demikian bunyi whatsapp Mas Warjo suatu pagi sekitar pukul 02.00 WIB.

Kaget juga saya membaca whatsapp Mas Warjo. Tak biasanya dia menghubungi saya di jam-jam itu. Saya merasa Mas Warjo dalam keadaan sedih dan khawatir.

"InsyaAllah Mas. Saya doakan semoga cepat sembuh dan bisa kerja lagi. Yang sabar ya Mas. Allah senang dengan hamba-hambaNya yang sabar," jawab saya.

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا

Selasa (6/12/2014) malam, saya dapat kabar Mas Warjo telah berpulang ke rahmatullah. Terkejut dan sedih sekali saya mendengar berita duka itu.

Saya tak menyangka Mas Warjo meninggal dunia di usia yang sangat muda (sekitar 40 tahunan). Kenyataan ini membuktikan betapa malaikat maut benar-benar bisa datang kapan saja. Tak kenal waktu, tak kenal usia. Jika sudah waktunya, tak ada yang bisa menundanya.

Selamat jalan sahabat. Jazakallahu khoiro untuk semua ilmu dan kenangan saat bekerja di Multazam Utama Tour & Travel. Semoga semua dosamu diampuni dan semua amal baikmu diterima. Aamiiin

0 Response to "Sahabat Murah Senyum Itu Telah Pergi "

Post a Comment