Suara Hati Kami yang Tidak Merokok
Saya akui sulit sekali membuat coretan agar Anda yang hobi merokok dengan senang hati berhenti meninggalkan kebiasaan itu. Namun demikian, semoga tulisan ini bisa jadi bahan pertimbangan bagi Anda untuk bersikap lebih arif (baca: manusiawi).
Jadi begini, bagi kami yang tidak merokok, asap rokok sungguh mengganggu sekali. Terkadang dari jarak 10 meter, bahkan lebih, kami bisa mencium aroma asap yang menyesakkan dada.
Serius, ini benar-benar yang kami rasakan. Kami tidak bohong. Istri saya bahkan langsung sesak kalau ada orang yang mendadak merokok di dekatnya.
Pak, Bu, Mas, Mbak, Om, Tante, Mama, Papa, kami tidak melarang Anda menikmati asap rokok yang katanya luar biasa ueenaaaak.
Kami 100% paham, urusan larang-melarang bukan wewenang kami. Justru kalau kami ikut melarang, saya yakin sebagian besar Anda akan jengkel, sakit hati, bahkan marah kepada kami.
Tidak hanya itu, bisa jadi Anda akan mengklaim kami sebagai makhluk sok suci, sok bersih, sok sehat, sok alim, atau bahkan golongan orang-orang kolot.
Bukan, sama sekali kami bukan orang alim atau bahkan orang suci. Kami juga seperti Anda yang kadang melakukan kesalahan. Apa yang kami suarakan ini murni hanya sebatas upaya untuk menjadikan hidup lebih adil dan lebih baik.
Kami yakin, Anda pasti sepakat bahwa hidup yang baik adalah yang adil dan saling menghargai. Bukan begitu bukan?
Coba sejenak bayangkan ilustrasi berikut.
Mendadak Anda yang hobi merokok disudutkan, diserang, disindir, disalahkan atau bahkan dihujat karena kebiasaan itu. Alasannya macam-macam. Mulai dari merusak kesehatan, memubadzirkan uang, meracuni lingkungan, hingga modal awal terjerat narkoba.
"Jangan merokok dong, asapnya kan racun. Itu artinya Anda bunuh diri dan membunuh orang lain secara perlahan!"
"Daripada bakar uang mending ditabung buat investasi."
"Stop memubadzirkan uang, lebih baik disimpan untuk anak-istri."
"Islam kan melarang hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi sampai menyakiti diri sendiri dan orang lain."
"Tahu tidak, survei membuktikan rokok adalah pintu awal kecanduan narkoba. Hiiii, sereeeeem."
Bagaimana? Anda mungkin merasa sangat tidak nyaman dengan kalimat-kalimat di atas. Yup, saya setuju, kalimat-kalimat itu terdengar klise dan "mengganggu".
Sebagai maniak asap, Anda sudah pasti punya 1001 alasan untuk membantah kalimat-kalimat tersebut. Bahkan, saya yakin Anda siap tempur jika harus berjuang di medan "perang opini".
Jangankan bikin status atau komen di Facebook, nulis bantahan di web, twitter, whatsapp, BBM, YM, blog, pamflet, baliho, buku, iklan, majalah, youtube, dan instagram pun siap Anda lakukan.
"Biarkan kami merokok. Ini hak kami. Jangan ngelarang-larang, apalagi berkhutbah."
Demikian kira-kira bunyi slogan yang akan Anda perjuangkan bersama teman-teman, tentunya dengan dukungan merk-merk rokok ternama dari dalam dan luar negeri.
Agar perjuangan Anda lebih ciamik, bisa jadi bukan hanya opini yang Anda gembar-gemborkan. Demo besar-besaran lengkap dengan truck, spanduk, dan pengeras suara pun saya yakin mampu Anda lakukan.
Ya, sangat tidak enak, bahkan menyebalkan, jika apa yang kita sukai, apalagi candui, dilarang oleh orang-orang yang berseberangan. Apapun alasannya, bagi Anda, rokok haram dihapus dari muka bumi.
"Gue beli rokok pakai duit gue sendiri. Ngapain situ ngurusin hidup gue. Kurang kerjaan apa? Bikin sebel aja Loe pade."
Jika Anda begitu geram, bahkan marah jika hak merokok diusik, pun demikian yang kami rasakan saat harus menghirup asap rokok.
Bahkan, jujur, bukan hanya perasaan kami yang sesak, tapi juga organ pernapasan kami. Hidung, tenggorokan, paru-paru, dan jantung kami otomatis merasakan hal yang sangat tidak mengenakkan.
Ibarat kata, selain mengalami kerugian psikologis, kami juga menderita kerugian fisik, terutama yang berkaitan dengan sistem pernapasan.
Silakan merokok jika memang Anda belum mampu berhenti. Namun dengan segala hormat, akan lebih bijak jika asap itu Anda nikmati sendiri. Dari awal hingga akhir, Anda sendiri yang menghirupnya. Bahkan, kalau bisa sama sekali tak bersisa.
Please merokoklah di tempat-tempat khusus di mana tak ada anak kecil dan orang-orang yang bukan perokok. Bersyukur sekali sekarang banyak fasilitas yang dibangun pemerintah dan swasta untuk para penikmat rokok.
Kami yakin Anda adalah orang yang sangat menghargai dan peduli terhadap sesama. Jadi, mohon dengan sangat, peduli dan hargailah kami sebagaimana Anda menghargai asap rokok.
"Jika pada benda mati (rokok) saja Anda bisa begitu peduli dan menghargai, apalagi pada sesama makhluk Allah."
Terima kasih
Lets make our world clear and clean :)
0 Response to "Suara Hati Kami yang Tidak Merokok"
Post a Comment