Menulis

Menulis

Wasiat Dahlan Iskan di Novotel Surabaya


Saya senang pernah jadi anak buah Dahlan Iskan. Ya, bos Jawa Pos yang sempat didapuk jadi Menteri BUMN itu memang luar biasa. Meski banyak kelemahan, tetap saja pria yang akrab disapa Pak DI itu punya prestasi fenomenal.

Coretan saya kali ini tidak membahas biografi Pak Dahlan. Saya hanya fokus pada seminar yang pernah beliau isi di Novotel Surabaya sekitar tahun 2001.

Ketika itu saya masih berstatus wartawan culun alias sangat junior. Kebetulan saya dapat tugas meliput seminar yang dipanitiai teman-teman Jawa Pos sendiri.

Singkat cerita, saya masuk hotel dan mulai mendengar celotehan Pak Dahlan. Ada banyak hal yang beliau sampaikan, tapi hanya satu yang terngiang sampai sekarang.

"Manusia itu seperti karet. Bisa meregang sampai panjang. Bagaimana kita tahu panjang karet kalau kita tak pernah menariknya," paparnya serius.

Dia lantas menceritakan perjalanan hidup seorang teman yang berprofesi sebagai sopir truck Surabaya-Jakarta. Bertahun-tahun temannya itu setia menjalani profesi driver. Sampai suatu hari dia coba-coba mengangkut gula saat pulang dari Jakarta ke Surabaya.

"Teman saya itu menawarkan jasa angkutan gula. Sekalian balik Surabaya, dia bawa barang dari Jakarta dan sekitarnya," terang Pak Dahlan.

Dari sini, sopir truck itu berani sewa truck hingga akhirnya mencicil beberapa unit truck untuk jasa angkutan antar kota.

"Dari sopir truck dia bisa jadi bos truck," katanya.

Saat menutup acara, kembali Pak Dahlan mengulang kutipan tentang karet. Bahwa setiap manusia bisa meregang sangat panjang.

"Kita sendiri yang bisa jawab, mau sepanjang apa karet kita," tutupnya disambut tepuk tangan hadirin.

****

Setelah seminar itu, saya tak pernah lagi bertatap muka dengan Pak Dahlan. Saya pindah ke Jakarta untuk meregangkan karet dari wartawan Jawa Pos group jadi asisten redaktur MNC group.

Beberapa tahun kemudian, saya dengar Pak Dahlan meregangkan karet jadi Dirut PLN. Hebat, wartawan bisa jadi bos listrik. Dari jago nulis berubah jadi juragan setrum.

Tak lama setelah itu, beliau meregang lagi jadi Menteri BUMN. Bahkan, pada detik-detik jelang Pilpres 2014, dia nekat meregang jadi capres. Ckckckck, memang dahsyat ini orang.

Walau akhirnya gagal jadi presiden, tetap saja dia konsisten dengan apa yang pernah dikatakan saat di Novotel Surabaya.

Alih-alih meniru Pak Bos, saya berkali-kali berusaha meregangkan karet untuk bisa lebih panjang dan panjang dan panjang.

Dari hanya sebagai wartawan, saya nekat jadi penulis buku. Setelah itu, saya banting setir jadi marketer di sebuah travel haji dan umroh.

Sekarang saya nekat jadi pedagang pakaian menemani istri. Di sela-sela kesibukan menulis, saya sempatkan bantu-bantu kulakan dan menjual aneka jenis pakaian.

Bagi Anda yang mau beli pakaian, dipersilakan. Kalau mau jadi reseller itu lebih bagus. Siapa tahu Anda sukses jadi pedagang (he he he, numpang promo bro. mumpung ada kesempatan :)

Pertinyiinnyi. Per-tinyi-innyi.

Apakah kelak saya bisa jadi menteri atau bahkan capres seperti Pak Dahlan? InsyaAllah bisa. Apalagi kalau semua orang mau beli pakaian di tempat saya. (oalah, ujung-ujungnya kok iklan to Cak :)

Yo ngenei iki rek abot-abote dadi bakul klambi. Kudu wani promosi. Sing penting bati tur ora ngapusi, he he he :)

Sssttt, sebelum Anda menertawakan saya karena kepedean mau jadi menteri atau capres, jangan lupa nasihat Pak Dahlan tadi.

"Kita ini seperti karet yang bisa meregang sangat panjang. So, jangan pernah sia-siakan karet Anda!"

0 Response to "Wasiat Dahlan Iskan di Novotel Surabaya"

Post a Comment