Menulis

Menulis

Krengsengan Bumbu Ta*

Maaf beribu maaf. Ini tulisan agak sadis alias rude alias kasar. Tapi, tujuan utamanya bukan membahas masakan Nusantara, tapi kualitas demokrasi di Indonesia.

Bayangkan Anda sekarang duduk di meja makan rumah saya. Terus saya hidangkan krengsengan daging lengkap dengan krupuk dan tempe tepung. Saya yakin, Anda yang suka masakan ini tidak sabar untuk segera melahapnya.

Eit, tunggu dulu. Sebelum Anda cicipi, saya beberkan rahasia masakan saya. Saya bilang kalau krengsengan tadi sudah saya tambah satu sendok makan ta* manusia yang baru keluar dari pabriknya.

Apa reaksi Anda? Sepakat. Anda pasti muntah, kecewa, bahkan marah. Anda mungkin akan menjotak (memutus hubungan) dengan saya karena prilaku yang menjijikkan dan memuakkan.

Whueekk, begitulah perasaan saya ketika menyimak informasi terkait rekaman kasus Freeport dengan para pembesar negeri ini. Bukan hanya masalah saham, tapi juga warna-warni kekuasaan dan demokrasi di Indonesia.

Demokrasi menjanjikan kelezatan berbangsa dan bernegara laiknya krengsengan daging lengkap dengan kerupuk dan tempe tepung. Tapi, bumbu rahasia yang diungkap di rekaman kasus Freeport membuat saya ingin muntah, kecewa, dan marah.

Tidak adakah manusia Indonesia yang bermutu hingga laik jadi pembesar?

Menarik menyimak penuturan Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah, Ciracas, drg. Wismiarti Tamin. Saat diundang presentasi pendidikan di hadapan sejumlah pejabat, beliau berujar.

"Pendidikan adalah untuk menjadikan manusia berperangai manusia, bukan berperangai harimau. Harimau tidak pernah peduli dari mana daging yang ia makan. Harimau bahkan tega merampas makanan yang bukan miliknya."

Semua kembali ke otak. Informasi dan pengalaman hidup seperti apa yang tersimpan di dalam otak manusia sejak dalam kandungan. Informasi yang menyesatkan akan membuat pemilik otak berperilaku sesat.

Sangat penting membangun sistem pemerintahan yang jujur, adil, dan terbuka. Tapi, lebih penting lagi membangun manusia Indonesia berperangai manusia, bukan harimau.

Sayangi anak-anak. Jangan masukkan informasi menyesatkan di dalam otak mereka. Cukup kita dan para orangtua yang salah jalan.

0 Response to "Krengsengan Bumbu Ta*"

Post a Comment