Menulis

Menulis

Inspirasi Bocah Penjual Kupat Tahu

Wajahnya masih unyu-unyu. Maklum, usianya baru 15 tahun. Tapi, urusan dagang, bocah asal Bayat, Klaten, Jateng ini tak kalah dengan orangtua.

Kenalkan, namanya Dendi. Dia biasa mangkal di kawasan Cempaka Putih, Jakpus. Sehari-hari, anak kedua dari tiga bersaudara ini berjualan kupat tahu. Sudah dua bulan dirinya merantau ke Ibu Kota dan menjadi pedagang.

"Saya bantu-bantu ekonomi keluarga. Ibu saya pembantu, bapak saya pedagang," ungkap Dendi.

Dendi adalah potret anak desa yang militan. Meski hanya tamatan SMP, Dendi punya semangat untuk maju. Bukannya ongkang-ongkang kaki, dia justru memeras keringat demi sesuap nasi.

"Dulu, saat masih di desa, saya bekerja sebagai buruh di kandang sapi. Saya juga cocok tanam palawija," kenangnya.

Pernah suatu hari saat sekolah, Dendi izin kepada gurunya untuk meninggalkan kelas. Uniknya, bukan karena sakit, tapi untuk menanam kacang tanah.

Kini, Dendi merajut asa menjadi penjual makanan tradisional. Dia berharap kelak usahanya bisa maju dan berkembang. Cita-cita membahagiakan orangtua menjadi penyemangat dirinya untuk sukses.

Okay Dendi, selamat berjuang. Semoga keberanianmu mengilhami anak-anak muda Indonesia, khususnya mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berdoa dan berusaha.

Ayo sing sik enom-emom. Ojo turu ae. Opo maneh mendem oplosan. Wis gak jaman arek enom glundang-glundung koyok bantal.

2 Responses to "Inspirasi Bocah Penjual Kupat Tahu"