Menulis

Menulis

Untuk yang Belum Bisa Baca Alquran

Saya buka coretan ini dengan kutipan salah satu orang yang saya kagumi, yaitu mantan Presiden RI Prof. Dr. Ing. B J Habibie. Sekadar mengingatkan, beliau meraih gelar master di usia 24 tahun dan meraih doktor bidang engineering pada umur 28 tahun. Kehebatan lain Eyang Habibie silakan cari sendiri di internet.

“Jika Allah memanggilku dan bertanya padaku, wahai Habibie pilihlah salah satu dari pilihan ini. Mana yang kau pilih antara ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) atau iman dan takwa (imtak)? Maka dengan seketika saya menjawab imtak, namun ternyata Allah memberikan dua keistimewaan itu pada saya," tutur Eyang Habibie di Kairo, Mesir pada 6 Juni 2011.

Eyang Habibie orang jenius. Setiap ucapan beliau pasti melalui proses berpikir yang luar biasa. Bukan sekadar bunyi atau minim makna. Apa yang dikatakan Eyang Habibie selalu berbobot (setidaknya menurut saya).

Coba perhatikan jawaban spontan Eyang Habibie. Beliau lebih memilih imtak ketimbang iptek. Mengapa demikian? Salah satunya karena beliau sadar bahwa iptek hanya bermanfaat di dunia. Sedangkan imtak bermanfaat selamanya, baik di dunia maupun akhirat.

Bicara tentang iman dan takwa, sumber dua kecerdasan ini adalah Alquran. Betapa tidak, Alquran adalah induk dari segala ilmu. Alquran adalah satu-satunya Buku yang lekang sampai hari kiamat. Mengapa demikian? Karena Pengarangnya adalah Dzat Yang Maha Sempurna. Dzat yang tidak pernah ngantuk, apalagi tidur. Dzat yang mencipta dan menguasai alam semesta, termasuk gerhana matahari total.

Pertanyaannya. Jika kita percaya dengan keberadaan Sang Rabb, mengapa kita tak akrab dengan Kitab karanganNya?

Mengapa kita belum bisa membaca Alquran (padahal kita mampu berbahasa Inggris dan selainnya)?

Mengapa kita belum hatam Alquran (padahal kita sudah membaca banyak novel, biografi, dan buku-buku lain)?

Mengapa kita tak memahami makna Alquran (padahal kita bisa menulis dan mempresentasikan skripsi, thesis, bahkan desertasi)?

Mengapa saat bicara, kita lebih mendahulukan pikiran kita atau bahkan pikiran orang lain (padahal Alquran dibuat oleh Sang Maha Jenius)?

Sahabatku, demikian sibukkah kita hingga tak punya waktu untuk dekat dengan Alquran?

Demikian beratkah hidup hingga kita belum bisa membaca Alquran?

Sahabatku, Alquran adalah teman sejati. Dia akan bersama kita di dunia juga akhirat.

Dengan segala kerendahan hati, saya mendoakan semua kaum muslimin sudi menyapa Alquran, baik bacaan, makna, dan pemahamannya.

Tidakkah kita malu, betapa banyak buku yang sudah kita hatamkan dari TK hingga S3. Alquran sangatlah tipis dibanding semua buku yang telah kita pelajari.

Wallahu a'lam

0 Response to "Untuk yang Belum Bisa Baca Alquran"

Post a Comment