Sahabat Sejati

Ada yang bilang sahabat adalah diri kita sendiri, namun dalam jasad orang lain. Karenanya, sahabat sangat mengerti apa yang kita rasakan. Bahkan, di saat paling buruk sekali pun, sahabat tahu apa yang kita pikirkan.

Alhamdulillah, saya punya sahabat luar biasa. Saya memanggilnya Mbah Wali. Sebutan ini saya sematkan karena sangat menghargai kebaikan hatinya. Wali adalah titel untuk orang-orang luhur yang hati dan jiwanya dekat dengan Allah (semoga Allah merahmatinya. aamiin)

Saya kenal Mbah Wali saat usia SMP. Ketika itu, dia sudah SMA. Usianya sedikit lebih tua dari saya. Saya kali pertama bertemu saat belajar di sebuah masjid di kawasan Nginden, Surabaya. Sejak itu, Mbah Wali adalah partner bermain bola, bela diri, belajar agama, loper koran, ngejar jodoh, hingga genjrengan (mungkinkaah, kita kan slalu bersamaaa, walau terbentang jarak antara kitaaaaa...)

Di mata saya, Mbah Wali adalah sosok istimewa. Sedikit pun saya tak pernah mendengar dia mengeluh. Meski warna-warni kehidupan sering menyapa, Mbah Wali tegar menghadapinya.

Saya belajar banyak dari hidupnya yang sederhana, jujur, apa adanya, dan suka menolong. Dulu, saya sering utang padanya. Kalau perut dan dompet lagi kosong, Mbah Wali orang pertama yang menawarkan bantuan.

"Iki Mbel, tak utangi sik. Sak karepmu kapan mbok balikno," demikian ucapnya berkali-kali.

Baginya, Ridha Allah adalah yang utama. Selama dalam rahmatNya, cobaan sebesar apapun tak lebih dari sekadar debu beterbangan. Semoga Mbah Wali dan keluarga dirahmati Allah, baik di dunia, maupun akhirat. Aamiin

Alhamdulillah, bersyukur sekali jika kita punya sahabat sejati. Sahabat yang tak hanya lihai menolong urusan dunia, tapi juga agama 😉 Share

Tweet