Menulis

Menulis

Timnas Harus Pandai Matematika & Bahasa Asing



Timnas kalah? Ahhh, itu mah udah biasa. Timnas juara? He he he, kayaknya kagak mungkin deh.

Lho, kan Timnas U-19 kemarin bisa juara Cak Gem?

Iya, itu doang. Setelah itu, melempem lagi. Bisa dikatakan, secara umum, Timnas kita jauh dari perkasa. Bahkan, fakta menunjukkan Timnas U-19 yang digadang-gadang mampu menembus level dunia harus lunglai pasca memenangi Piala AFF U-19.

Garuda Muda dihajar habis kala berlaga di Hassanal Bolkiah Trophy (HBT) Brunei serta Piala Asia di Myanmar belum lama ini.

Ada yang bilang DNA orang Indonesia bukan untuk main bola, tapi lebih cocok buat korupsi, tawuran, bikin anak, dan saling menghujat.

Memang klaim ini berlebihan. Tapi menurut saya ada benarnya, meski hanya sekian koma sekian persen.

Anda sebagai pecinta sepak bola insyaAllah sepakat dengan saya. Dalam kondisi seperti sekarang, sulit rasanya mewujudkan Timnas yang hebat.

Ada banyak kendala, di antaranya buruknya pembinaan di level junior, mental pemain yang memble, suporter yang urakan, hingga karut marutnya manajemen.

Untuk urusan ini, teman-teman saya yang masih aktif di media sudah mengulasnya berkali-kali. Kalau saya pribadi lebih condong mengupas jebloknya prestasi Timnas dari sisi kecerdasan alias IQ.

Menurut saya, selain fisik dan skill yang prima, Timnas harus dibekali pelajaran matematika plus bahasa asing, minimal Inggris.

Saya yakin dua subyek itu secara tidak langsung bisa mendongkrak performa Timnas Indonesia.

Apa pasal?

Sebagai pemain kurang profesional, saya yakin bermain bola tak hanya butuh fisik dan skill, tapi juga intelejensia yang tinggi. Tanpa itu, keputusan-keputusan penting di lapangan hijau bakal stag.

Sampai sekarang, alhamdulillah saya masih aktif bermain bola, baik resmi, setengah resmi, maupun tidak resmi. Saya perhatikan, rekan-rekan saya yang IQ-nya tinggi, rata-rata bermain lebih efektif, efisien, dan mematikan.

Sedangkan yang gak seberapa pinter, mainnya juga bagus, tapi kurang efektif, efisien, dan mematikan. Istilah kata, kalau orang pinter cermat mencari posisi dan memanfaatkan peluang, kalau yang gak pinter cenderung mengandalkan otot saja (grudak gruduk gak jelas).

Anda boleh tidak setuju dengan analisis saya. Itu hak Anda. Namun bagi saya, IQ tetap memegang peran penting dalam bidang apapun, tak terkecuali sepak bola. Tanpa IQ yang tinggi, kualitas sepak bola kita hanya akan di level itu-itu saja.

Lain jika sejak junior, pemain kita dididik untuk jago matematika dan bahasa asing, khususnya Inggris. InsyaAllah mereka akan tampil lebih ciamik.

Seperti yang sudah Anda ketahui, matematika terbukti bisa mengatrol kemampuan otak kiri untuk berpikir taktis dan kreatif. Banyaknya variasi dalam menjawab soal membuat orang selalu punya solusi ketika dalam kesulitan.

Kemampuan ini amat sangat penting ketika pemain berada di lapangan. Se-per sekian detik, keputusan bagus bisa diambil dengan tepat.

Sementara bahasa asing, salah satunya Inggris, terbukti bisa menguatkan kemampuan otak kanan manusia.

Dengan menguasai bahasa asing, pemain bola dapat bersikap lebih tenang, terutama saat menghadapi tekanan. Mereka juga akan lebih semangat dan tak kenal putus asa.

*****

Kabar baiknya lagi, jika menguasai matematika dan bahasa asing, saya yakin para pemain lebih punya masa depan cerah.

Mengapa? Karena jika pensiun dari dunia bola, mereka bisa alih profesi sebagai pebisnis atau minimal jadi guru les :)

"Dibuka Kursus Bahasa Inggris Standar PSSI"

Perhatikan hasil survey Cak Lutung, eh salah Cak Lontong, belum lama ini. Mereka yang menguasai matematika dan bahasa asing cenderung punya masa depan cerah.

Gak percaya? Lihat sekeliling Anda! Orang-orang kaya atau yang karirnya cemerlang, rata-rata bagus di matematika dan bahasa asing, minimal Inggris. Mikirrrrr?

"Lho, kan sekarang sudah ada pemain naturalisasi Cak Gem? Mereka jago bahasa asing juga. Kok kita masih kalah?"

Weleh, weleh, weleh, sampeyan iki pripun. Pemain naturalisasi cuma berapa orang bro. Gak sampai 10 biji.

Coba kalau semua pemain Timnas hasil naturalisasi, InsyaAllah menang. (apalagi yang dinaturalisasi pemain sekelas Yaya Toure, Cavani, De Gea, David Silva, Diego Costa, Company, Fabregas, dan Angel Di Maria :)

Anda masih ragu dengan argumen saya? Masih ngeyel? Masih gak terima? Masih mau otot-ototan? Okelah kalau begitu.

Silakan lihat Ronaldo, Messi, dan Neymar. Mereka semua tak ada yang bicara dalam bahasa Indonesia. Mereka menggunakan bahasa asing, minimal bahasa Portugal, Argentina, dan Brazil.  

"Lha emang Messi, Ronaldo, Neymar juga jago matematika Cak Gem?"

Ya, iyalah. Coba bayangkan ketika mereka antre ambil gaji di bagian keuangan. Betapa sulitnya ngitung duit miliaran, apalagi jika ada recehannya. Mikiiirrr?

Salam olahraga. Semoga kita sehat dan panjang umur.

0 Response to "Timnas Harus Pandai Matematika & Bahasa Asing"

Post a Comment