Menulis

Menulis

Sejenak Mampir ke Negeri Impian


Dua hari setelah ditelepon Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah, Ciracas, Jaktim, drg. Wismiarti Tamin, saya bergegas menemui beliau.

Sudah hampir lima bulan saya tak bersilaturahim ke tempat Bu Wismi. Alhamdulillah, setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, saya, ditemani seorang sahabat, tiba di lokasi.

Sekolah Alfalah sekarang berbeda dengan yang dulu. Sudah sekitar dua bulan, Sekolah Alfalah menempati lahan baru. Jaraknya sekitar 1,5 km dari lokasi lama.

Kali pertama memasuki gerbang sekolah, mata saya langsung berbinar. Betapa tidak, hamparan tanah luas menyapa dengan indahnya. Meski belum jadi 100%, Sekolah Alfalah nampak berdiri gagah.

Bangunannya mirip dengan sekolah-sekolah di Eropa; menjulang tinggi dengan desain artistik. Sebagian temboknya dibiarkan terlihat batu-batunya. Ornamen alami ini semakin membuat gedung sekolah sedap dipandang.

Yang tak kalah menarik, bangunan sekolah didominasi kaca bening. Tak pelak, aktivitas belajar-mengajar terlihat dari luar sekolah. Hmmm, sebuah pemandangan yang menyejukkan hati.

Sembari menunggu Bu Wismi yang masih ada kesibukan, saya sempatkan melihat-lihat lokasi. Setiap sudut sekolah coba saya amati dengan seksama. MasyaAllah, sebuah desain pendidikan yang luar biasa.

Beragam fasilitas terhampar di atas tanah seluas 1,5 hektar. Ada mushola, ada tiga kolam renang lengkap dengan tribunnya, ada lapangan basket/futsal, ada lapangan sepak bola, ada panjat tebing, ada taman bermain, ada kolam pasir, ada taman bunga, ada ruang makan, dan masih banyak lagi. Dalam waktu dekat juga akan dibangun ruang fitness, auditorium, gedung administrasi, dll.

"Mudah-mudahan semua gedung dan fasilitas cepat selesai dibangun," kata Pak Ridwan, kepala Tata Usaha (TU) Sekolah Alfalah.

Dengan bangunan dan lahan seluas itu, apakah Sekolah Alfalah akan menambah jumlah siswa secara signifikan?

"Tidak Pak Gem. Penambahan jumlah siswa hanya akan dilakukan jika jumlah dan kemampuan guru sudah meningkat," jawab Pak Ridwan.

Hmmm, benar-benar sekolah yang mengutamakan mutu. Sekadar informasi, sejak berdiri pada 1996, Sekolah Alfalah tak pernah membuat selebaran atau spanduk untuk promosi. Jumlah siswanya pun sangat dibatasi. Rata-rata satu guru mendidik hanya 5-10 siswa.

Lalu apa hasil pertemuan saya dengan Bu Wismi?

Setelah menunggu sejenak, akhirnya saya bertatap muka dengan beliau. Obrolan ramah pun mendominasi waktu kami. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan untuk melontarkan beragam pertanyaan, terutama menyangkut rencana menulis buku untuk anak-anak. Seperti biasa, beliau menjawab semua pertanyaan dengan tuntas.

"Belum ada buku anak di Indonesia yang dikemas dalam non-direct teaching. Buku-buku semacam ini masih harus diimpor. Nah, ini tugas Pak Gem dan Bu Ida untuk menulis buku-buku seperti itu," tutur Bu Wismi merujuk pada Ibu Ida S Widayanti, Pemimpin Redaksi Majalah ESQ.

"Mudah-mudahan kalau kita bersinergi bukunya bisa segera terbit dan kualitasnya bagus," imbuh Bu Wismi tersenyum.

"InsyaAllah Bu Wismi. Mohon dukungan dan bimbingannya," jawab saya.

Rencananya, Jumat (30/10) pukul 13.30 WIB, saya dan Bu Ida akan bertemu di Sekolah Alfalah. Didampingi Bu Wismi, semoga ada pembicaraan yang baik untuk masa depan pendidikan anak-anak Indonesia. Aamiiin YRA.

0 Response to "Sejenak Mampir ke Negeri Impian"

Post a Comment