Menulis

Menulis

Mengungkap Misteri Dr. Pamela Ph.D

Ada satu sosok wanita yang sejak setahun lalu menjadi misteri bagi saya. Dia adalah Dr. Pamela C. Phelps Ph.D. Guru senior yang akrab disapa Pam ini adalah salah satu sahabat karib Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah, Cipayung, Jaktim drg. Wismiarti Tamin (Bu Wismi).

Nama Pam begitu melegenda. Entah sudah berapa kali Bu Wismi dan guru-guru di Alfalah menyebut namanya. Sebagai pendatang baru di dunia pendidikan, jujur, nama itu sangat menarik perhatian saya.

"Semoga suatu saat saya bisa bertemu dan belajar langsung dari Pam," demikian kata hati saya.

Alhamdulillah, setelah menunggu satu tahun, kesempatan itu datang. Bu Wismi mengizinkan saya ikut workshop yang digawangi wanita berdarah Indian itu. Tak sabar hati ini ingin bertatap muka dengannya.

Sabtu (9/1), saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sekitar pukul 08.30 WIB, dua wanita sepuh berkulit putih terlihat memasuki ruangan worskhop. Langkah mereka begitu mantap. Tatapan mereka pun tajam, namun tetap hangat. Senyum mengembang tatkala keduanya menyapa puluhan guru yang duduk rapi di dalam ruangan.

Pam hadir didampingi rekan kerja yang juga sahabatnya, Dr. Laura Stannard Ph.D. Mereka berdua adalah pakar PAUD yang sudah puluhan tahun bekerja sama. Mereka mendirikan dan mengembangkan Creative Pre-School, salah satu PAUD terbaik di Amerika Serikat.

"Hmmm, ini yang namanya Pam. Keren juga penampilannya," kata saya dalam hati.

Saya amati semua gerak-gerik Pam, dari mulai datang hingga memberikan materi. Dari segi tampilan, Pam sangat modis. Sebagian rambutnya dikucir mirip wanita Indian zaman dulu. Pakaiannya pun sederhana. Berwarna gelap dan tidak ketat. Benar-benar jauh dari kesan mewah, apalagi glamor.

Satu per satu guru Alfalah yang berdiri di samping panggung menyambut Pam dengan hangat. Pam pun membalas sambutan itu dengan pelukan erat. Benar-benar sebuah pertemuan yang sarat makna.

Sejurus kemudian, Pam sudah beraksi di atas panggung. Dia menyiapkan sendiri semua peralatan untuk mengajar. Dia bahkan geser sendiri meja dan layar untuk presentasi.

Di usianya yang mendekati 80 tahun, energi Pam terbilang dahsyat. Tak nampak tanda-tanda dia kelelahan. Padahal, sehari sebelumnya, dia menghabiskan waktu hampir 30 jam di pesawat.

Menurut Bu Wismi, Pam memang sangat menjaga kesehatannya. Dia bangun pagi setiap hari sekitar pukul 04.00. Dia juga mengatur menu dan pola makannya dengan baik.

"Pam meyakini bahwa usia produktif manusia bisa sampai 80 tahun. Dan dia adalah bukti nyata akan hal itu," tutur Bu Wismi.

Setelah semua siap, Pam mengawali presentasi dengan sedikit bercerita tentang masa lalunya. Nenek enam cucu ini dulu adalah guru di sekolah negeri di Tallahase, Florida. Saat itu, tempat Pam mengajar adalah kedua termiskin di Negeri Paman Sam. Banyak murid Pam yang kurus, sakit, dan enggan belajar.

"Banyak di antara murid saya yang minum susu dari tempat pembuangan sampah. Sebagian dari mereka ada yang terserang parasit di perutnya," kenang Pam sedih.

Saking ibanya, Pam akhirnya tergerak untuk menolong. Meski gajinya kecil, Pam rela merogoh koceknya untuk memberi nutrisi anak didiknya. Dia belanja dan memasak sendiri makanan untuk murid-muridnya.

"Murid tidak bisa belajar dengan baik jika sakit, kelaparan, dan tidak aman," tutur Pam.

Selain didera kemiskinan, sekolah Pam juga tidak bermutu. Murid dipaksa mengejar nilai yang entah untuk apa. Alhasil, banyak potensi anak yang tidak berkembang dengan baik.

Cukup lama Pam menjadi guru sekolah negeri. Tak kurang dari sembilan tahun dia habiskan usianya untuk melakukan hal yang dia sendiri tidak suka.

"Saya kerja sembilan tahun jadi guru, tapi saya tidak menyukainya," kata Pam dengan suara mantap.

Sampai suatu ketika dia memutuskan resign untuk mendirikan sekolah sendiri, Creative Pre-School. Di sinilah, Pam merancang sistem pendidikan yang ramah anak dan keluarga. Dia juga yang menemukan dan mengembangkan Beyond Center and Circle Time (BCCT).

Tak hanya mengajar, Pam juga memasak sendiri makanan untuk murid-muridnya, bahkan sampai sekarang. Semua dilakukan Pam dengan penuh kasih sayang.

"Sekolah adalah kepanjangan pendidikan di rumah. Harus ada kerja sama yang berkesinambungan antara keluarga dan sekolah. Bukan sekadar mengejar angka," paparnya.

"Setiap anak lahir dengan keunikan sendiri-sendiri. Mereka juga punya potensi sendiri-sendiri. Tidak bisa disamaratakan. Sekolah yang baik adalah yang bisa mendampingi anak menemukan potensi terbaiknya," imbuh Pam.

Wow, kisah Pam membuat saya berdecak kagum. Keberaniannya keluar dari pekerjaan, memperjuangkan idealisme, dan berkontribusi pada PAUD benar-benar laik diacungi jempol.

Masih banyak cerita menakjubkan dari Pam. Salah satunya bagaimana dia rela keliling dunia demi mencari sistem pendidikan yang bermutu. Selain Amerika, Pam juga menyisir banyak sekolah di Eropa, Australia, Jepang, Korea, Singapura, dll.

"Kita harus memiliki visi seperti apa dunia yang kita inginkan. Saya pribadi ingin manusia terdidik menjadi pribadi yang mau terus berkontribusi untuk dunia yang lebih baik. Karena orang-orang inilah yang laik menjadi orangtua yang akan melahirkan generasi yang membuat dunia lebih indah," papar Pam.

Wow, lagi-lagi saya hanya menelan ludah mendengar ucapan Pam. Merinding hati ini mendengar ucapan tersebut. Tidak ada yang bisa saya katakan kecuali bersyukur betapa bahagianya saya bisa menjadi muridnya.

Kini, Pam tak lagi menjadi misteri buat saya. Dia adalah guru PAUD yang laik dijadikan contoh. Bukan hanya konsep dan sistem pendidikannya, tapi juga totalitas membangun dunia melalui PAUD.

Thank you very much Pam. I am proud to be your student.


0 Response to "Mengungkap Misteri Dr. Pamela Ph.D"

Post a Comment