Menulis

Menulis

Tips Menulis Kreatif Ala Kulkutuk


Jujur, saya senang sekali sebagian teman-teman tertantang untuk bisa menulis. Bagi yang tidak tertarik, saya harap mau jadi pembaca yang baik. Pembaca yang kritis, syukur-syukur mau "like" dan komen (ngarep.com).

Nah, buat The Gemers yang serius ingin jadi penulis, kuncinya cuman dua. Pertama, menulislah. Ya, menulislah. Just write, and write, and write!

Seperti saat Anda belajar jalan waktu batita, atau belajar mengayuh sepeda saat balita. Semakin Anda sering menulis, insyaAllah tulisan Anda akan semakin efektif, semakin efisien, dan semakin enak dibaca.

Menulis apa Cak Gem? Untuk awal, paling gampang menulis seputar masa lalu Anda. Cobalah mulai menulis kejadian-kejadian lucu, menyedihkan, atau tak terlupakan yang pernah Anda alami.

Jangan takut. Jangan malu. Tulis saja sebisanya. Setelah itu tunjukkan kepada teman atau siapa saja yang Anda percayai.

Kalau mau praktis, posting saja di Facebook. Biar jamaah FB yang langsung menanggapi.

Tapi, kalau Anda kurang pede, ya dengan orang-orang terdekat saja. Orang-orang yang Anda percaya bisa memberi masukan.

Kalau di redaksi media massa, ada yang namanya asisten redaktur dan redaktur. Tugas mereka mengajari wartawan muda belajar menulis.

Nah, kalau wartawan saja didampingi redaktur atau minimal asisten redaktur, lalu bagaimana dengan yang bukan wartawan?

Tentu saja, Anda juga butuh pendamping untuk memberi polesan. Kecuali jika Anda punya kelebihan khusus yang diberikan Sang Pencipta.

****

Kunci kedua adalah membaca. Ibarat sepeda motor, membaca adalah bahan bakarnya. Semakin banyak bahan bakar yang Anda punya, semakin jauh Anda berkendara.

Semakin banyak bacaan yang Anda rekam di kepala, semakin kaya kosakata Anda. Dari sini, Anda akan lebih mudah menyulam kalimat dan paragraf.

Contoh kaya kosakata adalah sebagai berikut. Ketika Anda menulis: "Mbak Sica sedih", maka Anda bisa menulisnya:

Mbak Sica galau

Mbak Sica murung

Mbak Sica susah

Mbak Sica gelisah

Mbak Sica gundah

Mbak Sica bete (yang ini bahasa alay)

Mbak Sica nelangsa

Mbak Sica tak bahagia

Dll yang mirip dengan "sedih".

Selain memperkaya kosakata, membaca juga membuat Anda tahu titik-titik mana yang menarik untuk dihubungkan kemudian dikembangkan.

Misal, ketika Anda melihat tabrakan motor di jalanan ramai. Ada banyak sisi yang bisa digali.

Bisa dari sisi kesehatan.
Mengapa sampai terjadi tabrakan. Apakah pengendara ngantuk, kelelahan, penglihatan kabur, atau nglamun?

Bisa dari sisi ekonomi.
Apakah karena kredit motor terlalu murah sehingga kendaraan menumpuk? Atau space jalan yang sudah tidak sebanding dengan jumlah kendaraan?

Bisa juga ditulis dari sisi budaya.
Karena banyak beredar film-film balapan, akhirnya masyarakat ingin meniru. Alhasil, tabrakan menjadi fenomena baru.

Nah, untuk bisa menghubungkan tabrakan motor dengan kesehatan, ekonomi, atau bahkan budaya, Anda butuh informasi tambahan.

Bagaimana mungkin Anda bisa menulis kelelahan fisik jadi penyebab maraknya tabrakan, kalau Anda tidak tahu ilmu kesehatan? (ya minimal tahu dikit-dikitlah).

Demikian halnya ketika Anda ingin menghubungkan tabrakan motor dengan aspek ekonomi dan budaya. Butuh ilmu tambahan untuk mengulasnya lebih dalam.

Di sini perlunya Anda banyak membaca (termasuk melihat, mendengar, dan mengamati). Semakin melimpah referensi di otak, semakin mudah Anda menulis.

Itulah mengapa banyak orang pandai rumahnya dipenuhi rak-rak buku. Bukan untuk pajangan atau gagah-gagahan, tapi sebagai pijakan ketika menulis atau membahas sesuatu.

Khusus bagi kaum muslimin, ada satu buku yang tidak bisa Anda tinggalkan. Yup, buku itu tak lain adalah Alquran.

Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu adalah induk dari segala ilmu. InsyaAllah dengan membaca dan mendalami Alquran, otak kita akan semakin encer.

Kalau buku karangan Stephen King, Karl Marx, Anthony Robbins, J.K. Rowling, Tung Desem, Andrea Hirata, dan Pramoedya Ananta Toer saja bisa menginspirasi banyak orang, lalu bagaimana dengan buku yang dikarang langsung oleh Sang Pencipta alam semesta?

Dzat yang sama sekali tidak pernah mati, tidak pernah sakit, tidak pernah tidur, tidak pernah lupa, bahkan tidak pernah ngantuk.

Dzat yang telah menciptakan dan memberi kepandaian pada Stephen King, Karl Marx, J.K. Rowling, Anthony Robbins, Tung Desem, Andrea Hirata, Pramoedya Ananta Toer, dll.

"Aku mau jadi penulis Cak Gem, tapi aku males baca. Gimana enaknya?"

Gimana ya? Ya udin, Anda jadi pencatat utang piutang saja (he he he, bercanda bro, gitu aja sensi :)

Anda jawab sendiri, apa mungkin bisa jadi penulis top tanpa membaca? Padahal ayat pertama yang diturunkan Yang Maha Jenius di muka bumi saja berbunyi: Iqro (bacalah!).

Salam The Gemers :)

Let our words inspire the world.

-----------------

NB:
Mbak Sica adalah mantan wartawan Media Indonesia yang sekarang menjabat CEO NyonyaBuku, penerbit indie yang peduli dengan tema-tema perempuan.

Ibu muda jebolan ITB inilah yang mengundang saya datang ke KamisLiterasi--event ciamik yang dihadiri para penulis buku, wartawan, dan penerbit indie.

Bagi yang ingin berkenalan dengan Mbak Sica, silakan add Facebooknya. Nama lengkapnya Sica Harum. Siapa tahu dia mau menerbitkan karya tulis Anda?

Kalau sudah terbit jangan lupa bagi-bagi royalty ya bro, he he he (guyon bro guyon :)

0 Response to "Tips Menulis Kreatif Ala Kulkutuk"

Post a Comment