Menulis

Menulis

Kisah Nyata, Poligami dari Wangon


Bicara poligami selalu menarik. Maklum, poligami melibatkan perasaan paling sensitif manusia. Bagi yang kontra, poligami lebih menyeramkan daripada hantu, bahkan malaikat maut. Sedangkan bagi yang pro, poligami adalah bagian dari syariat yang sudah diatur tata laksananya.

Menanggapi beredarnya video antipoligami, saya coba cerita dari sudut pandang lain. Jadi begini, awal Oktober 2015, saya menghadiri nikahan seorang sahabat di Wangon, Jawa Tengah. Saya sempat menulis resepsi pernikahan tersebut dengan judul "Karena Cinta Tak Harus Mewah".

Nah, saat menghadiri resepsi tersebut, bola mata saya sempat tercengang. Salah satunya karena ada seorang pria berjalan diiringi dua wanita, yang masing-masing menggendong bayi. Saya tak kenal pria itu. Namun, seorang bapak di sebelah saya mendadak menguak kisah fenomenal.

"Dik, dua wanita itu adalah istri bapak itu. Mereka hidup rukun satu rumah. Alhamdulillah, semua baik-baik saja. Dua bayi itu adalah anak kandung mereka," ungkap pria di sebelah saya.

Wow, fakta menarik yang ciamik untuk diceritakan. Tak sabar tangan ini membuat coretan tentang poligami rasa Wangon. Namun, karena satu dan lain hal, saya menjaga identitas pria, dua istri, dua bayi, satu mobil, dan satu rumah itu.

Saya membayangkan apa jadinya kalau kisah pria dua istri dua bayi itu dibuat video. Apakah akan ngetop seperti video anti-poligami? Apakah akan viral dan ditulis media massa nasional? Hmmm, hanya Allah yang tahu.

Coretan ini saya buat bukan untuk menambah perdebatan terkait poligami. (capek Bro, Cis, debat melulu. Kalau mau debat, sama yang lain aja. Maklum, saya nggak pinter debat :) he he.

Saya hanya ingin melengkapi hasanah dunia maya yang heboh gara-gara video seorang ibu yang sakit hati karena suaminya nikah lagi.

Semoga video itu bukan rekayasa. Dan semoga ibu di video itu menemukan kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat, bukan kebahagiaan yang berpangku pada makhluk (suami).

Oh iya, satu pesan dari guru saya, "Poligami butuh ilmu, kesabaran, dan keikhlasan. Pastikan tiga hal itu ada sebelum melaksanakannya."

0 Response to "Kisah Nyata, Poligami dari Wangon"

Post a Comment