Menulis

Menulis

PPOT 1 di Sekolah Alfalah, Hari ke-2


Memahami Ikhlas, Syukur, Sabar

Seperti di hari pertama, PPOT hari kedua, alhamdulillah berjalan lancar dan berenergi. Semua peserta benar-benar lapar ilmu. Tidak ada peserta yang terlambat, kecuali saya.

"Weleh, weleh, gimana toh Cak Gem ini. Acara penting kayak gitu kok masih saja terlambat. Apa gak sungkan ama Bu Wismi?"

He he he, maaf saudara-saudara. Ada miskomunikasi antara saya dan Pak Reza, sahabat saya yang anaknya sekolah di Alfalah.

Sesuai kesepakatan, saya seharusnya berangkat ke PPOT bareng Pak Reza. Namun, di luar dugaan, terjadi miskomunikasi. Ponsel Pak Reza ketinggalan jadi kami tidak bisa berkoordinasi lebih lanjut. Alhasil, saya pun harus ke PPOT naik kendaraan umum. Alhamdulillah, meski terlambat 30 menit, saya masih bisa mengikuti pelajaran.

He he he, maaf ya Pak Reza, saya terlambat 5 menit sampai gerbang tol Pulomas. Maaf ya Bu Wismi, saya terlambat 30 menit. Alhamdulillah, beliau berdua memaafkan kekhilafan saya.

Pada hari ke-2, PPOT, Bu Wismi mengajak kami memahami arti Ikhlas, Sabar, dan Syukur. Seperti metode hari pertama, di hari ke-2, masing-masing peserta diminta mendefinisi apa itu Ikhlas, Sabar, dan Syukur.

Setelah semua peserta menjawab definisi tiga karakter itu berdasar ilmu, pengetahuan, dan pengalaman masing-masing, Bu Wismi mengajak kami mendiskusikannya.

Ada banyak cerita hikmah terkait Ikhlas, Sabar, dan Syukur. Bu Wismi mencontohkan makhluk paling sabar adalah sel di tubuh manusia. Bagian terkecil dari jasad kita itu 100% nurut dengan kehendak Allah. Dia melakukan fungsinya tanpa protes sedikitpun kepada Allah. Pun juga atom yang menjadi bagian terkecil benda mati.

Rumus ikhlas 1/0 = ~

1 = Allah
0 = Kehendak manusia
~ (tak terhingga) = kekuatan manusia

"Jadi kalau mau kekuatan kita unlimited, jangan punya kehendak, selain kehendak Allah. Semakin banyak keiiginan kita, kekuatan kita makin lemah," tutur Bu Wismi.

Misal:
Si A punya keinginan 1.000. Maka rumusnya jadi 1/1.000 = 0,001.

"Ikhlas saja dengan kehendak dan aturan Allah. Ikhlas memenuhi kewajiban sebagai suami, ikhlas memenuhi kewajiban sebagai istri, ikhlas mendidik anak. InsyaAllah kita akan menjadi manusia yang punya kekuatan dahsyat," paparnya.

"Seperti sel atau atom yang ikhlas melaksanakan fungsinya, apakah kita sudah ikhlas diatur Allah. Cara makannya, cara minumnya, cara istirahatnya, cara beribadahnya, dsb?" imbuh Bu Wismi.

Mendengar penjelasan Bu Wismi, sebagian peserta langsung geleng-geleng kepala. Ternyata ikhlas tidak semudah yang diucapkan. Butuh ilmu dan latihan agar bisa ikhlas menerima dan melaksanakan ketentuan Allah.

Sementara saat mendiskusikan bab Syukur, Bu Wismi menyebutkan ciri-cirinya orang bersyukur yaitu selalu ingin berbuat baik dan tidak pernah memubadzirkan potensi, terutama waktu yang diberikan Allah.

Sedangkan Sabar, Bu Wismi lebih senang menyebutnya dengan Understanding bukan Patient. Dengan memahami sebab-akibat, insyaAllah orang bisa sabar tanpa batas.

*****

Setelah berdiskusi dengan Bu Wismi sekitar 2,5 jam, peserta diminta masuk ke kelas balita. Sama seperti hari pertama, kami harus melakukan observasi lapangan. Saya sendiri mendapat bagian mengamati Sentra Persiapan.

Di sini, saya melihat guru dan tujuh balita sibuk menggambar. Di antara para murid, ada satu siswi yang berkebutuhan khusus (down syndrom). Yang mengagumkan, meski salah satu murid tidak selincah teman-temannya, proses belajar-mengajar tetap berlangsung lancar dan tertib.

Bahkan ketika murid berkebutuhan khusus itu merebut mainan salah satu temannya, hal itu tidak memicu kegaduhan. Bu Guru memberi tahu bahwa murid tersebut sedang meminjam mainan, bukan merebut. Alhasil, temannya yang lain bisa menerima.

Setelah melakukan observasi langsung, peserta PPOT kembali ke ruangan semula. Di sini, kami diminta menjelaskan hasil observasi terkait karakter Ikhlas, Syukur, dan Sabar.

Usai presentasi, kami diminta kembali masuk ke kelas balita. Sama seperti hari pertama, peserta PPOT dibagi dalam dua kelompok besar. Saya dan tujuh peserta lainnya masuk kelompok yang belajar di Sentra Peran Besar.

Di kelas ini kami bermain peran laiknya bintang film. Tema yang diangkat adalah keluarga kecil yang hendak membangun rumah baru. Saya kebetulan kebagian peran sebagai seorang "ayah" yang memiliki satu istri dan satu putri kelas 2 SMP.

Awalnya kami canggung bermain peran. Namun, seiring waktu, kami mulai nyaman berakting laiknya aktor dan aktris film.

Usai bermain peran, guru pendamping meminta kami satu per satu me-recalling apa fungsi permainan itu terkait Ikhlas, Syukur, dan Sabar. Kami pun mempresentasikan pengalaman kami saat menjalani peran masing-masing.

Seusai bermain peran, kami kembali ke ruangan PPOT. Di sesi terakhir ini, kami kembali berdiskusi dengan Bu Wismi untuk menajamkan definisi dan pemahaman tentang Ikhlas, Syukur, dan Sabar.

Ada banyak sekali ilmu yang disampaikan. Bu Wismi kepada kami. Salah satunya tentang pentingnya bermain peran bagi anak. Beberapa manfaatnya antara lain:

1. Anak akan memahami bahwa hidup adalah sebuah rangkain dari aktivitas satu dengan yang lainnya. Jadi, hidup yang berkualitas adalah yang bukan sekadar lembaran hari ke hari, melainkan harus teratur dan bermakna.

2. Anak belajar berimajinasi positif. Dari sini, anak bisa belajar banyak hal tanpa merasa terbebani.

3. Anak akan memiliki empati dan menghargai orang lain karena memahami tidak ada satu peran pun di dunia ini yang tidak terkait satu dengan yang lainnya.

Wow, keren sekali ya sistem pendidikan yang dibangun Bu Wismi. Ternyata belajar hal-hal yang penuh makna bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan.

Seperti di hari pertama, PPOT hari kedua berakhir menjelang adzan maghrib. Semua peserta sebenarnya enggan mengakhiri diskusi dengan Bu Wismi. Namun, karena keterbatasan waktu, kami pun harus berpisah untuk kembali lagi keesokan harinya. (InsyaAllah).

Salam pendidikan untuk anak Indonesia

0 Response to "PPOT 1 di Sekolah Alfalah, Hari ke-2"

Post a Comment