Menulis

Menulis

PPOT 1 di Sekolah Alfalah Ciracas, Hari ke-1


Memahami Mutu, Hormat, dan Jujur

Alhamdulillah, hari pertama pelaksanaan Pelatihan Pendidikan Orang Tua (PPOT) di Sekolah Alfalah Ciracas berlangsung lancar. Dari 17 peserta yang terdaftar hanya dua yang berhalangan hadir.

Yang menarik, kebanyakan peserta justru berasal dari luar Pulau Jawa. Ada yang dari Lombok, Padang Panjang, bahkan Aceh. Di antara mereka berstatus wali murid, pemilik yayasan, kepala sekolah, dan guru senior.

Meski berasal dari berbagai daerah, tujuan peserta sama, yakni menimba ilmu dari Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah Ibu Drg Wismiarti Tamin.

Peserta PPOT dibagi dalam dua kelompok besar. Saya sendiri masuk kelompok satu yang duduk di sebelah kanan posisi pemateri.

Acara dibuka langsung oleh Ibu Wismi yang dilanjutkan diskusi tentang Mutu, Hormat, dan Jujur. Setiap peserta diminta mendefinisikan tiga kata tersebut sesuai ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki.

Bisa ditebak, masing-masing peserta punya pengertian berbeda-beda terkait Mutu, Hormat, dan Jujur. Meski demikian, perbedaan itulah yang justru membuat diskusi berjalan hangat.

"Sebagai orangtua dan pendidik, kita harus paham setiap definisi kata yang kita ucapkan, termasuk pada anak. Kalau kita sendiri kurang atau bahkan tidak paham maknanya, bagaimana mungkin anak bisa memahami ucapan kita?" papar wanita yang akrab disapa Bu Wismi ini.

Penuturan wanita kelahiran 21 Juli 1948 ini tentu saja membuat para peserta makin bersemangat plus penasaran. Betapa tidak, kami diajak mengarungi situasi yang sepertinya sepele, namun besar pengaruhnya untuk dunia pendidikan anak.

Setelah diskusi sekitar 2,5 jam, setiap peserta diminta terjun langsung ke dalam kelas. Saya sendiri mendapat bagian mengamati Sentra Seni. Sedangkan peserta yang lain mengamati Sentra Balok, Sentra Imtak, dll.

Senang sekali kami bisa melebur bersama murid-murid balita. Selain tingkahnya yang lucu dan menggemaskan, sistem pendidikannya pun penuh makna dan kasih sayang.

Di Sentra Seni, saya melihat lima murid sibuk membuat lukisan apartemen, menggambar benda-benda kerja, serta membuat replika sapu dan alat pel. Bahan yang diperlukan antara lain kertas gambar, spidol, pensil warna, sedotan, lem, dan benang warna-warni.

Didampingi seorang guru profesional, para murid dengan tenang dan tertib mengerjakan berbagai aktivitas seni yang melibatkan imajinasi dan kerajinan tangan. Namanya juga anak-anak, interaksi dengan guru dan sesama teman balita berjalan sangat natural dan menyenangkan.

Usai beraktivitas, mereka berdoa bersama kemudian cuci tangan. Yang bikin mupeng, tidak ada anak yang terlihat keberatan dengan aturan yang diberlakukan bu guru. Bahkan, saat harus antre mengambil sabun pun mereka sangat menikmati.

Setelah cuci tangan, bu guru mengajak semua murid duduk manis untuk recalling kegiatan yang baru saja dilakukan. Setiap anak secara bergiliran mempresentasikan karya seninya. Saat salah satu murid menyampaikan presentasi, murid yang lain diminta mendengarkan dengan sabar.

"Faqih sabar ya menunggu giliran," kata bu guru kepada murid yang mendapat bagian presentasi paling buncit.

Setelah semua selesai presentasi, setiap anak diminta mengklasifikasikan serta merapikan alat dan bahan kerja yang tadi dipakai. Sehabis itu, mereka istirahat untuk persiapan makan dan tidur siang.

*****

Usai melakukan pengamatan langsung di dalam kelas anak didik, setiap peserta PPOT kembali ke gedung sebelah, tempat digelarnya diskusi.

Didampingi dua moderator, setiap peserta diminta mempresentasikan hasil observasinya. Karena tema yang dibahas adalah Mutu, Hormat, dan Jujur, laporan peserta difokuskan pada tiga karakter tersebut.

Setelah mendiskusikan hasil observasi, setiap peserta diminta kembali ke kelas anak-anak. Kali ini, peserta dibagi dalam dua bagian besar. Saya sendiri masuk ke Sentra Balok.

Saya bersama tujuh peserta PPOT lainnya berperan sebagai murid yang bermain balok kayu. Dibimbing seorang guru senior, kami diajak merasakan langsung bagaimana asyiknya menyusun aneka balok laiknya anak-anak.

Sesi ini benar-benar membuat kami seolah dibawa kembali ke masa lalu. Masa di mana kami bermain bersama teman membuat rumah-rumahan dari kayu.

Sekitar satu jam kami diberi kesempatan bermain balok. Setelah itu, bu guru meminta kami melakukan recalling atas apa yang telah kami kerjakan. Tentu saja, apa yang kami presentasikan harus sesuai dengan tiga karakter, yaitu Mutu, Hormat, dan Jujur.

Metode pembelajaran seperti ini salah satunya diharapkan bisa semakin memahamkan peserta PPOT tentang definisi serta praktik membangun karakter Mutu, Hormat, dan Jujur.

Usai recalling, kami kembali ke ruangan PPOT. Sesi terakhir ditutup diskusi dengan Bu Wismi. Di sini, beliau mengajak kami memahami pentingnya Mutu, Hormat, dan Jujur.

Dengan tahu Mutu, berarti kita selalu diingatkan untuk melakukan sesuatu sesuai standar dan fungsinya. Alhasil, seiring bertambahnya usia diharapkan bertambah juga ilmu, pengetahuan, dan pengalamannya.

"Rugi sekali kalau usia kita bertambah sehari, tapi ilmu kita tidak bertambah. Kalau ilmu kita sebagai orangtua dan guru tidak bertambah, bagaimana dengan anak dan murid kita? Makanya, aneh jika ada guru yang tidak suka membaca," kata Bu Wismi.

Sedangkan Hormat salah satunya dibutuhkan untuk menghargai segala sesuatu secara proporsional, termasuk menghargai diri sendiri dan orang lain. Tanpa rasa Hormat sulit sekali menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.

Sementara Jujur tentu saja dibutuhkan untuk menyelaraskan antara perkataan dan tindakan. Berapa banyak kerusakan yang ditimbulkan akibat ketidakjujuran. Mulai dari korupsi, menipu, curang, dsb.

"Orang tidak jujur salah satunya karena tertekan. Jadi, berikan kemerdekaan yang bertanggung jawab kepada anak dan murid agar mereka bisa jujur," tutur Bu Wismi.

Hmmm, keren ya cara Bu Wismi mengajar dan mendidik peserta PPOT? Saking asyiknya diskusi dengan beliau, tak terasa waktu sudah menjelang maghrib. Bu Wismi pun menutup hari pertama PPOT dengan ucapan syukur dan doa.

"Alhamdulillah semua berjalan lancar. Besok, insyAllah kita belajar kembali di sini," tutup Bu Wismi dengan senyum khasnya.

Alhamdulillah banyak poin penting yang berhasil saya catat di hari pertama PPOT. Salah satunya kisah perjalanan Bu Wismi mengawali jejaknya memajukan pendidikan anak Indonesia. InsyaAllah kapan-kapan saya tuliskan untuk Anda.

Oh ya, apa yang saya tulis hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak ilmu yang disampaikan di PPOT. Selain itu, apa yang saya terima dan tuangkan di sini tidak lepas dari perspektif saya sebagai penulis dan mantan wartawan.

Salam pendidikan untuk semua anak Indonesia

0 Response to "PPOT 1 di Sekolah Alfalah Ciracas, Hari ke-1"

Post a Comment