Menulis

Menulis

Jejak Orangtua di Otak Anak

Anak Anda bandel, susah diatur, kasar, suka bohong, manja, jorok, malas, gampang bad mood? Jika iya, coba renungi kalimat yang saya temukan di buku berjudul "Mengapa Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu?" karya drg. Wismiarti Tamin. Berikut bunyi kalimatnya:

"Bila pola interaksi antara orangtua dan anak berlangsung tidak menyenangkan, maka akan menimbulkan jejak negatif di otak anak. Sebaliknya, jika pola interaksi yang terjadi positif dan menyenangkan, tentu jejaknya di otak anak juga hal yang positif."

Kalimat di atas menurut saya begitu dalam. Saya anggap kalimat itu adalah "core" (inti) dari semua ilmu parenting. Ibarat kaca, apa yang dikatakan dan dilakukan anak sejatinya refleksi (pantulan) dari apa yang dikatakan dan dilakukan orangtuanya.

Contoh kasus, ada anak yang enggan berpamitan pada orangtua setiap kali mau pergi. Bisa jadi, tingkah ini adalah akibat orangtua yang enggan berpamitan pada anak ketika akan pergi.

Lain halnya jika orangtua membiasakan berpamitan pada anak, bahkan sejak mereka masih bayi.

"Nak, Mama ke dapur sebentar ya. InsyaAllah Mama segera kembali," kata Ibu kepada anaknya yang masih menyusui.

Bayangkan, jika komunikasi model ini terjalin sejak anak masih bayi hingga akil baligh. InsyaAllah saat dewasa, anak akan berpamitan jika meninggalkan orangtuanya.

Jadi, sebelum menyalahkan anak, pikir dulu masak-masak, siapa yang mengajari karakter pada otak mereka? Jika ternyata Anda sendiri, meminta maaf lebih baik daripada menyalahkan, apalagi memaki dan marah-marah.

Ingat, apa yang kita tanam, itulah yang kita petik. Selamat menanam :)

0 Response to "Jejak Orangtua di Otak Anak"

Post a Comment