Menulis

Menulis

Agar Suasana Hati Selalu Happy


Seorang sahabat cantik waktu SMA di Surabaya belum lama ini bertanya kepada saya.

"Mam, apakah kamu punya coretan yang bisa bikin orang gak mengeluh? Temen-temenku kantor masih banyak yang suka mengeluh. Mereka gak semangat kerja."

Hmmm, pertanyaan yang menarik ya. Coba saya bikin tulisan yang semoga bisa membantu KITA jadi pribadi dengan hati yang always be happy.

"Lho kok kalimatnya pakai 'kita' Cak Gem? Apa Cak Gem juga masih suka mengeluh?"

🙊 qiqiqi... saya juga manusia. Tempatnya salah dan lupa. Kadang gak terasa ikut-ikutan mengeluh, meski hanya dalam hati.

Okay, kita mulai coretan ini dengan dua pertanyaan sederhana.

1. Apa yang membuat kita mengeluh?

2. Apa manfaat mengeluh?

Mari kita jawab. Kita mengeluh karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.

Inginya A, tapi dapatnya B, bahkan Z.

Inginya punya bos dermawan, dapatnya Mak Lampir.

Inginnya gaji besar, tapi malah dikasih kurang dari UMR.

Inginnya lancar, eh malah kejebak macet.

Inginnya baik-baik saja, tapi malah kacau beliau.

Silakan teruskan daftar penyebab mengeluh sesuai pengalaman pribadi masing-masing 🙊 qiqiqi...

Lanjut ke pertanyaan kedua. Apa manfaat mengeluh?

He he he, maaf saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Soalnya saya belum menemukan apakah mengeluh ada manfaatnya. Bagi yang bisa jawab, silakan tulis di kolom komen. Untuk jawaban terbaik akan dapat ucapan "selamat mengeluh" dari saya 🙊 qiqiqi...

Sementara buat teman-teman yang bisa jawab pertanyaan pertama, saya kasih hadiah khusus berupa pesan cinta langsung dari Sang Maha Penolong di Surat Al-Baqarah ayat 216.

"Boleh jadi kamu benci sesuatu, padahal ia  baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.”

Bagi yang percaya Allah, sudah pasti tahu maksud ayat ini. Yup, apa yang terjadi kepada kita adalah kuasa-Nya. Kalau mau teliti, ada banyak kebaikan di balik semua ketidaknyamanan yang kita alami, termasuk hal-hal yang mbencekno (membencikan).

"Lho bosku iku Mak Lampir, Cak Gem. Kok sampeyan anggep ada kebaikannya. Dia itu ngomelan, pelit, diktator, raja tega, judes, gak adil, resek, sotoy, ngamukan. Wis pokoke gak ada baiknya."

Kalau menurut saya (merujuk pada ayat di atas) justru bos macam itu yang bagus. Buat Anda yang udah gak tahan, Allah mengajak Anda naik ke jenjang ekonomi lebih tinggi. Anda bisa cari bos baru yang jauh lebih baik, atau belajar jadi bos dengan membuka usaha sendiri.

Sementara bagi Anda yang memutuskan untuk bertahan, bos Anda adalah sparing partner paling pas untuk berlatih kesabaran, memperbanyak doa perlindungan, dan amar ma'ruf.

"Aku pindah kantor ae Cak Gem biar gak ketemu Mak Lampir. Tapi, aku takut nanti dapat bos Gerandong. Aku juga ingin jadi pengusaha. Tapi aku takut gagal."

Wah, wah, wah, bener-bener ya sampeyan ini. Mbuletisasi tingkat tinggi. Sudah saya kasih ayat masih saja mengeluh. Sudah saya motivasi masih saja komplain.

Sampeyan maunya apa? Keluar kerja gak mau. Disuruh sabar gak mau. Diajak jadi pengusaha gak mau.

Dasar pembaca gak tau terima kasih. Gak mau mikir. Gak mau usaha. Gak mau belajar. Gak mau soro. Gak mau berjuang. Njaluk senenge gak gelem susahe. Mau enaknya gak mau anaknya.

Lho aku kok jadi ikut-ikutan mengeluh 🙊 qiqiqi... Ternyata pembaca sama penulis sama saja. Sama-sama suka mengeluh, he he he.

Mari kita renungi pernyataan Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah, Ciracas, Jaktim, drg. Wismiarti Tamin.

Wanita yang akrab disapa Bu Wismi ini menyebut orang yang suka mengeluh otak/struktur berpikirnya kacau. Mereka gagal membuat keputusan karena lemah dalam menghitung sebab-akibat.

0 Response to "Agar Suasana Hati Selalu Happy"

Post a Comment