Menulis

Menulis

Buku Monster Penuh Inspirasi

Beberapa minggu ini, saya punya aktivitas yang lain dari biasanya. Saya meriset puluhan buku anak yang ada di Sekolah Alfalah, Cipayung, Jaktim. (hmmm... what a cool thing to do :) It makes me back to life :D qiqiqi.... lebay-nya kumat.

Di antara buku yang saya riset, ada satu buku yang cukup cetar. Judulnya "Where the Wild Things Are". Tak tanggung-tanggung, buku karya Maurice Sendak ini menyabet banyak penghargaan, salah satunya Caldecott Medal.

Buku itu sangat sederhana. Tidak tebal, penuh gambar, dan sedikit tulisan. Jumlah halamannya pun minim hingga ringan digendong ke mana-mana (jadi ingat lagunya Mbah Sirup, eh salah, Mbah Surip :D nyuwun sewu mbah.

Buku terbitan 1963 ini bercerita tentang seorang anak (Max) yang dihukum oleh ibunya karena bertindak nakal. Max tidak diberi makan malam dan akhirnya memilih mengunci diri di dalam kamar. Bukannya menangis, Max justru berimajinasi berlayar ke sebuah pulau yang dihuni banyak monster. Meski rada ketakutan, Max berhasil menjinakkan monster-monster itu hingga menjadi bawahannya.

Ada kalimat seperti ini di buku itu:

".... til Max said ‘BE STILL’ and tamed them with the magic trick of staring into all their yellow eyes without blinking once. They were frightened and called him the most wild thing of all, and made him king of all wild things.”

Adegan di kisah ini menyiratkan bahwa semua orang, baik anak maupun dewasa, selalu punya rasa takut. Bisa jadi takut gagal, takut tikus, takut sukses, takut monster, takut ditolak, dan takut-takut yang lain. Namun, bukannya menjauhi rasa takut, sang penulis mengajak pembaca untuk berani melawan rasa takut.

Penulis seolah ingin berkata, "We have nothing to fear but fear itself. Don’t let a fear of rejection, failure, or the unknown keep you from making something of yourself."

- Tidak ada yang harus ditakuti kecuali rasa takut itu sendiri. Jangan biarkan rasa takut untuk ditolak, gagal, atau apa saja yang tidak pasti, membuat kita terhenti.

Wow, keren ya Om Sendak. Dari kisah sederhana, dia bisa memotivasi pembaca, baik anak-anak maupun dewasa, untuk berani melawan rasa takut.

Masih banyak adegan penuh hikmah di buku itu. Salah satunya, Max pulang ke rumah setelah bosan bermain dengan monster imajinasinya. Di rumah, Max menemukan sajian makan malam dalam keadaan masih hangat.

Adegan ini menyiratkan betapa "marahnya" ibu pada anak, tetap ada cinta kasih di hatinya. Buktinya, ibunya Max membuatkan makan malam untuk anaknya.

0 Response to "Buku Monster Penuh Inspirasi"

Post a Comment