Menulis

Menulis

Di Mana Letak Keadilan Tuhan?



Seorang perempuan mengumpat karena tak kunjung dapat jodoh. Dia pun mengeluh dengan bentuk fisiknya yang kurang menarik.

Badannya gemuk, wajahnya bulet, hidungnya pesek, kulitnya hitam, rambutnya keriting, bibirnya tebal, giginya tonggos, dan matanya agak juling.

Dia iri melihat tetangganya yang sudah menikah dan punya dua anak. Si tetangga tubuhnya tinggi langsing, wajahnya tirus, hidungnya mancung, bibirnya seksi, dan matanya berbinar-binar.

Sang perempuan gemuk bingung harus bagaimana. Padahal, dia juga ingin merasakan kenikmatan punya suami dan anak-anak yang lucu.

Hari berganti, tak juga datang pria yang diinginkan. Tetap saja dia menjomblo dan tak tahu kapan "penderitaannya" akan berakhir.

Tanpa sadar, terkadang dia mulai suka mengumpat nasibnya. Mengapa harus terlahir dari keluarga miskin dan orangtua yang tak rupawan.

Bahkan, jika sedang down, sang perempuan berani menyalahkan Tuhan karena tidak berbuat adil. Di benaknya, seharusnya Tuhan menjadikan semua wanita cantik, seksi, indah, dan menawan.

Sementara itu, di tempat lain, seorang gadis cantik pusing setengah mati karena tak juga menikah. Berkali-kali menjalin asmara dengan lawan jenis, tetap saja ujung-ujungnya tak bahagia.

Sebagai perempuan yang terlahir cantik, dia merasa laik dapat pria mapan yang memiliki segalanya, termasuk tabungan untuk ibadah haji dan jalan-jalan ke luar negeri.

Namun apa lacur, sudah gonta-ganti pasangan tetap saja si gadis tak mendapat sosok laki-laki sempurna.

****

Suatu hari, perempuan gemuk dan si cantik secara tidak sengaja bertemu di sebuah mall di kawasan Menteng, Jakpus. Rupanya mereka adalah teman waktu SMP.

Singkat cerita, keduanya saling curhat tentang ketidakadilan Sang Pencipta. Mereka sepakat bahwa Tuhan seharusnya menjadikan semua perempuan sempurna dan menikah dengan laki-laki sempurna.

Di tengah obrolan, tiba-tiba muncul seorang pria tua berkaca mata. Dia menyapa kedua perempuan yang tengah asyik nongkrong itu. Rupanya pria tersebut adalah guru agama mereka waktu SMP.

Dengan sopan dan nada bersahabat, pria itu berkata, "Dari tadi saya amati kalian berdua gelisah. Apa kalian ada masalah?".

Mendengar itu, dua perempuan beda penampilan tersebut lantas menyampaikan kegalauan masing-masing.

Saking sedihnya, mereka tak kuasa menahan air mata. Apalagi si perempuan tambun yang belum pernah sama sekali merasakan cinta dari lawan jenis.

Sekitar satu jam setengah dua perempuan itu membongkar persoalan pribadinya. Di lain pihak, sang guru agama mendengarkan dengan sangat serius.

Tak lama kemudian, sang guru tersenyum sembari berkata, "Coba kalian baca tulisan Cak Gem berjudul Rahasia Bisa Tersenyum Tiap Hari. Di situ insyaAllah kalian akan menemukan keadilan Tuhan."

----------

NB:
Beginilah salah satu cara dalam mempromosikan tulisan kita. Bagi teman-teman yang serius jadi penulis, dipersilakan meniru cara njelehi ini.

Oh ya, buat yang belum baca artikel "Rahasia Bisa Tersenyum Tiap Hari" sangat dianjurkan untuk membacanya. Di sana diulas kekuatan mindset hamba-hamba ahli syukur.

Salam literasi Indonesia

Cheers :)

1 Response to "Di Mana Letak Keadilan Tuhan?"