Menulis

Menulis

PPOT 1 di Sekolah Alfalah, Hari ke-4


Menajamkan Sembilan Karakter Positif

Alhamdulillah, PPOT hari keempat selesai digelar. Berbeda dengan tiga hari sebelumnya, kali ini kami lebih banyak me-recalling materi-materi sebelumnya.

Sejak dibuka pukul 08.00 WIB, masing-masing peserta diminta mempresentasikan sembilan karakter yang telah dibahas bersama Bu Wismi. Adapun laporan presentasi terdiri atas:

1. Definisi
2. Referensi
3. Contoh

Definisi
Setiap peserta diminta kembali mendifinisikan sembilan karakter sesuai ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang didapat selama PPOT.

Referensi
Untuk memperkuat definisi, peserta wajib melengkapinya dengan dalil Alquran dan atau Alhadist.

Contoh
Peserta diminta memberi contoh riil pembangunan sembilan karakter di Sekolah Alfalah sesuai observasi.

Sekadar mengingatkan, sembilan karakter yang dimaksud adalah:

1. Mutu
2. Hormat
3. Jujur
4. Ikhlas
5. Syukur
6. Sabar
7. Berpikir positif
8. Rendah hati
9. Kasih sayang

Sekitar pukul 10.00 WIB, saya dipersilakan melakukan observasi di Baby House. Sesuai namanya, ruangan ini tempat berkumpulnya 20-an batita yang menimba ilmu di Alfalah. Usia mereka beragam. Dari yang kurang setahun, dua tahun, hingga tiga tahunan.

Untuk usia di bawah satu tahun, mereka ditempatkan di ruangan khusus ber-AC. Mereka ditangani pendidik profesional yang memahami tumbuh kembang bayi.

Bagi saya, observasi di Baby House adalah yang paling berkesan. Betapa tidak, aneka tingkah polah batita ada di sana. Mulai dari yang menangis, ketiduran, hingga bermain bersama. Tak henti-hentinya saya tersenyum sendiri menyaksikan kelucuan mereka.

Selesai bermain, para murid diajak beres-beres hingga tuntas. Yang menarik, tak satupun murid yang bertindak kasar, apalagi menyakiti teman. Semuanya tertib dan lancar. Bahkan, saat mengantre ke kamar mandi, mereka melakukannya dengan gembira.

Selesai beres-beres dan mandi, mereka duduk manis untuk minum susu. Setelah itu, mereka bersiap tidur siang.

Sebagian batita ada yang langsung tidur setelah minum susu. Namun, ada juga yang belum bisa tidur karena ingin kembali bermain.

Di sini, para guru mengajak mereka duduk manis di kursi ayunan berukuran besar. Sembari menyanyikan lagu pengiring tidur, bu guru nengajak anak-anak beristirahat sejenak.

Selepas bobok siang, batita dibangunkan untuk makan siang. Satu per satu mereka duduk di kursi kecil untuk menikmati hidangan.

Mereka begitu antusias melihat aneka makanan yang telah disiapkan juru masak. Sebelum menyantap makanan, bu guru mengajak mereka berdoa bersama.

Namanya juga anak-anak, beberapa dari batita terlihat belepotan karena tangannya belum sempurna memegang sendok. Meski demikian, bu guru dengan sabar mendampingi mereka.

Selama makan, bu guru tidak lupa memberi tahu apa saja manfaat hidangan yang ada di depan mereka. Meski anak-anak terlihat belum memahami, namun informasi itu terus disampaikan dengan bahasa lembut dan sopan.

*****

Setelah observasi di Baby House, saya kembali ke ruang PPOT. Saya melanjutkan sesi recalling sembilan karakter yang tadi belum tuntas.

Menjelang Ashar, kami meneruskan materi PPOT dengan bermain di sentra yang telah ditentukan. Jika kemarin saya dan sebagian teman di Sentra Imtaq, kali ini kami masuk Sentra Peran Kecil.

Di sentra ini, kami diajak memainkan boneka-boneka kecil lengkap dengan berbagai miniatur seperti rumah, telrpon, furnitur, motor, mobil, telepon, kulkas, laptop, selimut, ekas, piring, dll.

Dalam permainan itu saya mendapat peran sebagai arsitek yang bertugas melayani pelanggan. Sedangkan teman yang lain mengambil peran sebagai ayah, ibu, anak, teknisi, dan sekretaris.

Sekitar 30 menit kami bermain Peran Kecil. Meski awalnya sempat canggung, namun kami bisa menikmati permainan hingga tuntas. Terkadang kami tidak mampu menahan tawa karena ada adegan atau ucapan yang lucu.

Usai bermain Peran Kecil, kami diajak beres-beres. Sembari bernyanyi, kami mengembalikan mainan ke tempat yang telah ditentukan. Selain menguatkan kerja sama, beres-beres ternyata bisa membantu meningkatkan kemampuan klasifikasi.

Setelah beres-beres, kami berkumpul untuk melakukan recalling dengan guru pendamping. Bu guru meminta kami satu per satu menceritakan apa yang telah kami lakukan di Sentra Peran Kecil.

Menurut guru pembimbing, bermain Peran Kecil sangat bermanfaat untuk meluaskan perspektif, menguatkan imajinasi, menumbuhkan empati, dan membangun karakter pemimpin.

*****

Setelah recalling di Sentra Peran Kecil, kami kembali ke ruangan PPOT. Kami melanjutkan recalling sembilan karakter yang sejak pagi belum tuntas.

Di sesi ini, Bu Wismi hadir memberikan penjelasan terkait sembilan karakter yang sejak hari pertama didiskusikan.

Salah satu karakter yang diulas Bu Wismi adalah Sabar. Menurut beliau, sabar bisa dilakukan hanya jika seseorang memiliki ilmu (understanding).

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, beliau meminta kami membaca Surat Alkahfi ayat 60-82. Di situ kami menemukan ayat 68 yang berbunyi:

"Bagaimana mungkin kamu memiliki kesabaran terhadap sesuatu yang kamu belum mengetahuinya?"

Kalimat tersebut disampaikan Nabi Khaidir AS kepada Nabi Musa AS saat Nabi Musa AS bersikukuh ingin menimba ilmu dari Nabi Khaidir AS.

Bu Wismi mencontohkan aplikasi ayat 68 dengan anak usia di bawah tujuh tahun yang ingin mandi sendiri.

Awalnya si anak sudah bersiap masuk ke kamar mandi. Tapi karena melihat mainan, dia tidak jadi mandi. Dia justru asyik bermain sendiri atau bersama teman.

Kalau orangtua tidak sabar, anak bisa jadi korban umpatan atau bahkan caci maki.

"Katanya mau mandi. Kok malah main lagi. Bagaimana sih kamu. Dasar anak nakal," demikian hardik sebagian orangtua sembari menaksa anak masuk kamar mandi.

Meski sudah dipaksa, ternyata anak tidak juga mandi. Dia malah asyik bermain air dengan gayung. Melihat itu, sebagian orangtua kembali menggerutu bahkan marah.

"Katanya mandi kok malah mainan air. Bagaimana sih kamu? Kapan selesainya? Ayo cepetan mandi. Gak pake lama!" bentak orangtua.

Menurut Bu Wismi, orangtua seperti ini belum memahami ilmu perkembangan otak anak usia 0-7 tahun. Padahal, anak usia tersebut kemampuan otaknya belum sempurna. Mereka sering terlupakan melakukan sesuatu karena melihat mainan atau aktivitas yang dirasa lebih menarik.

"Kalau anak belum jadi mandi, kita ingatkan saja dengan sopan. 'Tadi adik mau mandi ya?" tutur Bu Wismi.

Jika ternyata anak masih ingin main, orangtua bisa bertanya dengan sopan, "Butuh waktu berapa lama Adik mau main? Boleh tidak kalau waktu mainnya tidak terlalu lama?"

Dengan melibatkan anak membuat keputusan sendiri, mereka belajar berkomitmen dan menetapinya. Bu Wismi mewanti-wanti kami untuk menjaga kehormatan anak dengan tidak mengucapkan kata-kata yang membuat mereka justru kehilangan kepercayaan diri.

Bagaimana, keren kan metode pendidikan di Sekolah Alfalah?

Karena keterbatasan waktu, PPOT hari keempat harus kami akhiri seiring kumandang adzan maghrib. InsyaAllah kami kembali belajar pada Senin, 9 Februari, 2015 pukul 07.30 WIB.

Semoga Anda dan saya menjadi orangtua dan guru terbaik bagi semua anak didik kita. Aamiiin.

Salam pendidikan untuk anak Indonesia

0 Response to "PPOT 1 di Sekolah Alfalah, Hari ke-4"

Post a Comment