Menulis

Menulis

PPOT level 2 di Sekolah Alfalah, Hari ke-2


Memahami Fungsi Otak dan Kecerdasan

Alhamdulillah PPOT level 2 hari ke-2 berjalan lancar. Seperti hari sebelumnya, acara dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir menjelang mahgrib.

Adapun tema yang diangkat adalah hubungan kerja otak dengan kecerdasan manusia. Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah, Drg Wismiarti Tamin mengawali presentasi dengan membahas konsep manusia ideal dari masa ke masa.

Zaman dulu, manusia ideal adalah mereka yang fisiknya prima dan budi pekertinya luhur. Konsep ini berlaku pada era kerajaan di mana banyak terjadi peperangan. Namun seiring waktu, konsep ini bergeser akibat peradaban manusia yang semakin maju.

Pada tahun 1870, Francis Galton sukses membuat langkah besar. Untuk kali pertama, dia memperkenalkan tes pengukur kepandaian manusia. Tes ini terus disempurnakan salah satunya oleh Alfred Binet pada 1990. Pada masa ini, konsep manusia ideal adalah mereka yang IQ-nya tinggi.

Tak lama setelah itu munculah Piaget dengan teori Cognitive Revolution-nya. Dia berpendapat perkembangan anak tidak selalu identik dengan umur kronologisnya (sesuai tanggal lahir). Menurut Piaget, anak usia dini bukanlah orang dewasa mini. Mereka punya tahap perkembangan tersendiri yang wajib dipahami orangtua dan pendidik.

"Piaget melakukan penelitian kepada tiga anaknya dari janin sampai usia 18 tahun. Hasil penelitiannya menjadi pijakan banyak orang di seluruh dunia," terang Bu Wismi.

Penelitian Piaget diteruskan Gardner yang menyimpulkan bahwa untuk sukses orang wajib punya lebih dari satu kecerdasan (Multiple Intelligence). Kecerdasan tersebut adalah:

1. Lingustic Intelligence (bahasa)
2. Logical Mathematic Intelligence (logika)
3. Musical Intelligence (musik/ritme/irama)
4. Bodily Kinesthetic Intelligence (gerak)
5. Spatial Intelligence (ruang/visual)
6. Interpersonal Intelligence (interaksi dengan orang lain)
7. Intrapersonal Intelligence (interaksi dengan diri sendiri)
8. Natural Intelligence (alam)
9. Existential Intelligence (keberadan diri di alam semesta)
10. Spiritual Intelligence (agama)

Note:
8-10 masuk dalam kecerdasan advance.

"Semua kecerdasan ini harus dibangun sejak dini secara seimbang. Kalau tidak, anak akan kesulitan menghadapi masa depannya," terang Bu Wismi.

Untuk menajamkan pembahasan tentang 10 kecerdasan, Bu Wismi memaparkan hubungan kerja otak dengan kecerdasan manusia. Ada banyak informasi yang beliau sampaikan terkait hal ini, salah satunya ciri-ciri otak cerdas.

Secara biologis, kecerdasan otak ditentukan oleh gen, jumlah sel, synaps, dan myelin. Adapun faktor dari luar adalah nutrisi dan program pendidikan.

"Kalau makanannya tidak bergizi dan program pendidikannya tidak bermutu, kecerdasan anak sulit ditingkatkan," ungkap Bu Wismi.

Wanita kelahiran Padang ini mewanti-wanti kami untuk tidak marah-marah pada anak didik. Selain membebani psikologis mereka, marah-marah bisa mematikan sel otak.

"Secara alami sel otak yang mati tidak bisa hidup kembali. Bayangkan betapa berdosanya kita jika sering mematikan sel otak anak," tegasnya.

Subhanallah, gemetar hati ini mendengar penjelasan Bu Wismi. Jika mau jujur, berapa banyak orangtua dan guru yang masih marah-marah pada anak didiknya. Minimnya ilmu pengetahuan membuat banyak orangtua dan guru tak sadar telah membunuh sel otak anak.

Seluruh peserta PPOT 2 hanya terdiam seribu bahasa ketika Bu Wismi menjelaskan betapa banyak kesalahan orangtua dan guru dalam mendidik anak. Salah satu peserta bahkan nyaris tak kuasa menahan air mata. Entah peristiwa apa yang membuat dia begitu sedih mendengarkan penjelasan Bu Wismi.

"Bu Wismi, apakah sel otak yang terlanjur mati tidak bisa hidup kembali meski kita meminta maaf dan menyanyangi anak didik kita?" tanya seorang peserta.

"Tidak bisa Bu. Itu sudah menjadi Sunnatullah. Banyak penelitian yang menguatkan hal itu," jawab Bu Wismi sembari menunjukkan sejumlah foto tentang sel otak.

Mendengar itu, semua peserta PPOT 2 semakin membisu. Lidah kami tercekat dan dada kami sesak menahan beban yang luar biasa berat.

(Ya Allah, ampuni kami dan kedua orangtua kami atas semua kesalahan yang pernah kami perbuat. Sungguh Engkau Maha Pengampun dan Maha Menunjukkan).

"Otak manusia itu luar biasa. Bahkan mengalahkan semua ciptaan Allah. Kalau salah memberi perlakuan, kecerdasan anak bisa terancam. Agar tidak terjadi, orangtua dan guru harus mampu membaca anak dengan tepat," tutur Bu Wismi.

Sebenarnya masih banyak materi yang disampaikan Bu Wismi terkait sistem kerja otak manusia. Namun, karena keterbatasan waktu, saya tidak bisa mengulasnya satu per satu di sini. InsyaAllah lain waktu saya tuliskan untuk Anda.

*****

Usai mendengarkan pemaparan Bu Wismi, kami diminta melakukan observasi di kelas TK dan Play Group. Saya dapat jatah mengamati Sentra Peran Besar. Di sini, saya mencatat sejumlah aktivitas yang membangun 7 dari 10 kecerdasan menurut Gardner.

Seperti hari sebelumnya, setiap kami wajib mempresentasikan hasil observasi di depan peserta PPOT lainnya. Di sesi ini, kelompok saya dipimpin oleh dr. Retno, Koordinator Baby House Sekolah Alfalah. Beliau sudah dua kali menimba ilmu pendidikan di Florida, Amerika Serikat.

Selain memandu presentasi, dr. Retno juga berbagi pengalaman selama belasan tahun menjadi guru di Sekolah Alfalah. Yang menarik, meski sibuk mengajar, mengurus rumah, suami dan dua anak, beliau tetap punya waktu untuk membaca buku dan jurnal ilmiah terkait pendidikan anak usia dini (Subhanallah, andai semua orangtua dan guru di Indonesia seperti dr. Retno).

Setelah sesi presentasi, PPOT level 2 hari kedua diakhiri dengan tanya jawab yang dipandu oleh Bu Wismi. Banyak sekali pertanyaan dari peserta yang sebagian besar berprofesi sebagai guru.

Saking banyaknya pertanyaan, saya sampai tak kebagian waktu untuk bertanya. Meski demikian, alhamdulillah, saya berhasil menyampaikan satu pertanyaan setelah pelatihan resmi ditutup.

Semoga kita menjadi orangtua dan guru terbaik bagi anak didik.

Salam pendidikan untuk semua anak Indonesia

0 Response to "PPOT level 2 di Sekolah Alfalah, Hari ke-2"

Post a Comment