Menulis

Menulis

Membantu Anak Berpikir Kritis

Salah satu kunci sukses dalam hidup adalah mampu berpikir kritis, yaitu menghubungkan peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan. Jika sekarang ada masalah, sudah pasti itu imbas masa lalu. Bisa jadi karena kurang persiapan atau ada hal-hal yang luput dari antisipasi.

Pun juga masa depan. Minim persiapan dan antisipasi di masa kini, akan berdampak pada munculnya masalah di waktu mendatang.

Dengan kata lain, mereka yang lemah berpikir kritis cenderung hidup status quo (gitu-gitu aja). Tak ada perubahan signifikan karena terlalu pasif. Mereka gagal mengendus hal-hal yang membuat hidup berasa stag alias mandeg.

Nah, agar anak mampu berpikir kritis, orangtua perlu mengembangkan komunikasi sebab-akibat.

Misal, ketika anak menumpuk balok melebihi tinggi badannya. Saat balok terjatuh, orangtua jangan panik atau bahkan marah. Tetap tenang dan tatap mata anak dengan lembut. Katakan dengan senyuman, "Apa yang terjadi?"

Jika anak menjawab, "Baloknya jatuh."

Maka tanyakan, "Apakah tadi terlalu tinggi?"

Anak akan menganggukkan kepala dan menjawab, "Iya."

"Hmm, terlalu tinggi membuat balok tidak seimbang," tutur orangtua.

"Apa yang harus kita lakukan?" imbuh orangtua sembari memberikan waktu kepada anak untuk berpikir.

Komunikasi seperti ini membuat anak menghubungkan peristiwa jatuhnya balok dengan minimnya keseimbangan. Tanpa anak sadari, dia sudah belajar sebab-akibat.

Menurut Dr. Pamela C. Phelps Ph.D, komunikasi kritis sudah bisa dilakukan saat anak berusia 10 bulan. Bayangkan jika orangtua selalu menggunakan pendekatan ini ketika berkomunikasi dengan anak. InsyaAllah anak terbiasa membuat hubungan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya.

"Banyak orangtua yang gagal memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir kritis anak," kata Dr. Pamela di Konferensi Pendidikan di Hotel Mandarin Oriental Jakarta beberapa waktu lalu.

--------------

Menurut saya, berpikir kritis paling top adalah pengalaman Nabi Ibrahim AS saat mencari siapa Pencipta, Pengatur, dan Penguasa alam semesta. Istilah anak zaman sekarang, iPhone saja ada kreatornya, yaitu Om Steve Job, masak jagat raya yang lebih dahsyat gak ada yang bikin? :) mikirrrrr

Nabi Ibrahim AS berpikir sangat kritis tentang keberadaan Allah. Beliau sempat menyangka matahari, bulan, bintang adalah Tuhan. Tapi, setelah melakukan analisis secara mendalam, ternyata benda-benda angkasa itu bukan Tuhan, melainkan makhluk.

Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dia yang awal dan yang akhir. Dia mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Dia tidak ngantuk dan tidak tidur. KuasaNya tak terbatas. Dia tunggal, berdiri dengan sendiriNya.

Jadi, mulai sekarang jangan suka marah-marah pada anak. Setiap ada kejadian, ajak mereka berpikir kritis: apa menyebabkan apa dan bagaimana seharusnya. InsyaAllah, saat dewasa, mereka akan rajin introspeksi untuk menjadi lebih siap, lebih baik, dan lebih bijak. Aamiiin

0 Response to "Membantu Anak Berpikir Kritis"

Post a Comment