Menulis

Menulis

Pelajaran dari Bu Risma & Bu Wismi

Sudah 13 tahun saya meninggalkan Surabaya. Tapi, KTP saya tetap Surabaya. Dan hati saya masih di Surabaya. Meski di perantauan, saya tetap memantau Surabaya (gayane koyok wong penting :D qiqiqi..)

Satu yang membuat sedih, Persebaya tak lagi gagah. Bajul Ijo berubah jadi Kodok Ijo. Lemes, kalahan, dan tak disegani. Satu yang membuat bangga, Surabaya punya Risma, Wali Kota berjilbab yang anggun mempesona.

Saya tidak suka politik. Tapi, saat jadi wartawan di Surabaya tahun 2000-2002, saya sering liputan politik. Saya pernah makan siang bareng dan wawancara dengan Wali Kota Cak Narto. Saya sedih karena Surabaya saat itu bukan kota berwibawa.

Fakta di lapangan menunjukkan, Surabaya sering bermasalah. Satu yang nyata, banyak jalur hijau dan tanah pinggir kali berubah fungsi jadi rumah dan tempat bisnis ilegal.

Kini, di tangan Tri Rismaharini, Surabaya berubah drastis. Banyak taman bunga di mana-mana. Jalanan bersih dan enak dipandang. Pusat esek-esek terbesar se-Asia Tenggara juga tutup tanpa perlawanan. Intinya, Surabaya berubah jadi kota idaman yang patut dibanggakan. Tak hanya di pentas nasional, tapi juga regional dan internasional.

Lalu ke mana arah coretan ini? Jaim alias jaga imej. Ini yang jadi fokus utamanya. Risma adalah pemimpin yang merakyat, tidak lebay, dan tidak ndobos. Risma sukses mengembangkan kepemimpinan anti-jaim. Dia melebur dengan masyarakat, bahkan sampai ke akar-akarnya.

Menurut Pendiri sekaligus Direktur Sekolah Alfalah drg. Wismiarti Tamin, jaim adalah penyakit yang mematikan. Karenanya harus dibuang jauh-jauh. Jaim membuat komunikasi tidak lancar karena ada jarak, bahkan beraroma kepalsuan.

"Pak Gem bermain saja sama anak-anak Alfalah. Bicara dengan mereka. Amati cara mereka berkomunikasi. InsyaAllah Pak Gem bisa merasakan kehidupan mereka dan menuliskannya ke dalam buku," tutur Bu Wismi.

Bu Wismi mewanti-wanti saya untuk tidak jaim. Sikap ini kata Bu Wismi bisa membatasi komunikasi dengan anak-anak. Jika komunikasi tidak lancar, sudah pasti akan timbul banyak masalah.

"Banyak orang dewasa yang jaim dengan anak-anak. Padahal, kalau tidak jaim, kita bisa asyik berinteraksi dengan mereka," imbuh Bu Wismi.

Kembali kepada Risma. Salah satu kunci sukses beliau, menurut saya, adalah tidak jaim. Ibu dua anak ini tampil apa adanya. Jujur tanpa polesan. Benar-benar menyatu dengan rakyat.

Jadi, kalau Anda ingin masuk politik atau bercita-cita jadi pemimpin, buang jaim ke Kenjeran. Wis gak jamane abang-abang lambe, opo maneh ndobos jaya. Biasa ae, gak usah kemenyek :D

1 Response to "Pelajaran dari Bu Risma & Bu Wismi"

  1. Assalamu alaikum..
    Salam sejahtera bagi kita semua..
    Perkenalkan nama saya muliadi asal surabaya seorang mantan tki kerja di changhua taiwan, Mohon maaf sebelumnya kalo saya sharing disini saya hanya berbagi cerita siapa tau bisa bermanfaat kepada anda seperti saya.. Saya tidak perna membayangkan kalau saya bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan AKI BALAPATI saya yang dulunya seorang TKI dengan gaji pas"san hanya untuk menutupi hutang orang tua di bank bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekarang saya sudah punya rumah dan usaha sendiri itu semua berkat bantuan beliau.. Saya sangat berterimakasih banyak kepada AKI BALAPATI atas bantuan nomer togelnya walaupun yang saya lakukan ini hal" terlarang dan halal tidaknya hanya tuhan yang tau apa boleh buat kondisi sudah tidak memungkinkan tidak tau harus bagaimana agar hutang orang tua saya sebanyak 300 juta bisa lunas dan alhamdulillah berkat bantuan dari AKI BALAPATI semua bisa lunas Beliau juga bisa bantu melalui nomer togel 2-6 angka, Dana Gaib, Pelet Pelaris, Bagi anda butuh bantuan beliau silahkan call +6282190534451 siapa tau beliau bisa bantu anda.. Sekedar informasi percaya atau tidak yang jelas hanya beliau yang membantu saya sehingga hidup saya sekeluarga bisa berubah jauh lebih baik dari sebelumnya..




    Thanks




    ReplyDelete